Sabtu, 09 Juli 2022

Saat JF Mendominasi Birokrasi

Sebelum berpikiran konspiratif, perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang banyaknya JF dipromosikan ke jabatan administrasi atau bahkan jabatan pimpinan tinggi di struktur birokrasi, tapi catatan ini mengurai tentang bagaimana menyikapi hasil penyetaraan jabatan yang kemudian membuat birokrasi kita didominasi oleh JF hasil penyetaraan jabatan. Apakah kondisi itu membuat birokrasi menjadi produktif atau malah kontraproduktif dan bagaimana mengelola dominasi JF ini?

Prinsip yang perlu dipahami terlebih dahulu oleh para pemerhati birokrasi maupun pelakunya yaitu bahwa penyederhanaan birokrasi diikhtiarkan untuk mempercepat layanan publik dengan memperpendek alur birokrasi dan memangkas titik simpul otorisasi yang didukung dengan memperjelas tuntutan kesesuaian kompetensi teknis pejabat pengelolanya. 

Bagian prinsip penyederhanaan birokrasi ini lebih jauh akan kita ulas di catatan lainnya. Tapi pada kesempatan ini kita akan mendiskusikan tentang hasil tahapan kedua penyederhanaan birokrasi yang menghadirkan berbagai pejabat fungsional pada struktur birokrasi yang semua mereka dulunya adalah pejabat administrasi. Rungkasnya JF ex JA.

Artikel terkait Penyederhanaan Birokrasi:

Menurut analisis dan kajian penulis, setidaknya terdapat 4 perubahan mendasar ketika birokrasi didominasi oleh jabatan fungsional hasil penyetaraan jabatan ini. 

Pertama, miskin varian JF. Penyetaraan jabatan ini memunculkan kesadaran tentang miskinnya varian jabatan fungsional yang relefan dengan tugas fungsi jabatan administrasi. 

Ketika pejabat administrasi disetarakan ke dalam jabatan fungsional, rata-rata mempertanyakan apa yang akan dikerjakan setelah menjadi fungsional karena menilai bahwa butir kegiatan jabatan tersebut tidak relefan atau sekurang-kurangnya sangat sedikit yang sesuai dengan tugas jabatan administrasi sebelumnya.

Meskipun ada potensi latar belakang lain dari keluhan tersebut, tapi jangan dipungkiri bahwa salah satunya adalah dikarenakan ketersediaan jenis jabatan fungsional yang memang masih sangat terbatas. Jangankan untuk rumpun yang substansi program, untuk rumpun kesekretariatan sekalipun masih ada yang belum terakomodir secara proporsional pada koleksi jabatan fungsional.

Bagi penulis, solusinya hanya dua saja, yaitu: bentuk jenis jabatan fungsional yang sesuai dengan tugas jabatan administrasi atau perluas butir kegiatan jabatan fungsional yang sudah ada dengan pelonggaran pada sisi pengukuran angka kreditnya.

Artikel serupa lainnya:

Kedua, eksklud ABK. Kehadiran JF ex JA ini jangan diinkludkan pada hitungan ABK. Bahasa lainnya, penerapan analisis beban kerja (ABK) perlu dikecualikan khusus bagi jabatan fungsional hasil penyetaraan. 

ABK akan berimplikasi pada batasan jumlah bahkan jenis jabatan yang dapat berada dan/atau ditugaskan pada satu unit kerja. Jika ABK diterapkan pada jabatan fungsional hasil penyetaraan dijamin akan meluluhlantakan hasil penyetaraan itu sendiri. Oleh karena itu, khusus jabatan fungsional hasil penyetaraan jangan dihitung pada pemetaan kekuatan jabatan yang dihitung melalui ABK.

Ketiga, signifikansi kompetensi teknis. Ketika JA beralih menjadi JF, muncul kesadaran tentang pentingnya kompetensi teknis pada setiap jabatan. 

Ada ujaran yang menggelitik dari seorang pejabat fungsional hasil penyetaraan terkait poin nomor tiga ini. Ia menyatakan dengan yakin bahwa ia tidak kompeten untuk menjadi statistisi karena background pendidikan dan pengalaman kerjanya yang tidak sesuai dengan JF Statistisi, padahal dua tahun terakhir ia adalah pejabat administrasi bidang pengolahan data. Pertanyaannya, mengapa saat menjadi pejabat administrasi tidak disuarakan berbagai penjelasan yang justru saat menjadi JF baru disuarakan. Pekerjaannya sama persis tapi jenis jabatannya beda, so what!? 

Sederhana saja sesungguhnya, yaitu ia baru menyadari bahwa mengandalkan kompetensi manajerial dengan mengesampingkan kompetensi teknis itu adalah cara pandang dan sikap yang keliru. Kompetensi teknis tetap dibutuhkan agar pejabat dapat memahami dengan baik pola manajemen yang tepat yang sesuai dengan substansi teknis pekerjaannya. Unfortunately, kesadarannya terlambat hinggap di pikirannya.

Keempat, JPT Pratama down to earth. Turunnya positioning JPT Pratama dari yang semula hampir berada pada level policy makers, kini mulai disibukan dengan technical administrative dari berbagai program substansinya. 

Akibat dari pemangkasan jumlah dan jenis jabatan administrasi, JPT Pratama akan berhadap-hadapan langsung dengan jabatan fungsional yang notabene minim dari tanggungjawab administratif. Dengan demikian, JPT Pratama yang harus memilih dan memilah berbagai hasil kerja jabatan fungsional dalam konteks prosedur teknis administratifnya.

kondisi ini sedikit banyak akan menguji JPT Pratama tentang penguasaannya pada teknis administratif. Jika yang bersangkutan minim pengalaman administrasi, maka dapat dipastikan ia akan kedodoran mengerjakan tugas barunya di era penyederhanaan struktur organisasi ini.

Kelima, JF teamwork. Pentingnya penerapan teamwork dalam wujud yang lebih nyata dan terukur secara pasti, tepat, bahkan terlembagakan. Maksudnya, pada era dominasi JF ini, berbagai project dieksekusi dengan teamwork atau kelompok kerja (pokja) yang ditetapkan dalam SK dengan penjelasan yang akurat terkait batasan target dan durasi project.

Saking mutlaknya teamwork JF ini, sampai dapat menembus batas struktur organisasi. Maksudnya, kedudukan JF pada satu unit kerja tidak mengurung peluang partisipasinya pada unit kerja lain sepanjang terpenuhi relevansinya dengan butir kegiatan jabatan. Pola kerja teamwork inilah yang kemudian mengkondisikan pemahaman yang tepat dari kita semua tentang koordinator dan subkoordinator yang mulai dikenal di masa penyetaraan jabatan beberapa saat yang lalu.

Artikel lainnya:

Sahabat,

Jika kelima hal tersebut diatas dapat dipahami dan dijalankan dengan baik, penulis yakin bahwa penyetaraan jabatan administrasi ke dalam jabatan fungsional akan benar-benar dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh visi besar penyederhanaan birokrasi yaitu: mempercepat layanan publik; memperpendek alur birokrasi; memangkas titik simpul otorisasi; memperkuat kompetensi teknis, serta memapankan pola kerja tim.

Salam Fungsional!

"Menggerakan jari menulis huruf tetap tidak lebih indah dari menghela nafas do'a untuk tahun kelimabelas putri pertamaku"

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...