Senin, 19 Juli 2021

It has been sent but not delivered

Kapankah seorang pegawai ASN dapat mengklaim bahwa ia sudah mengerjakan tugasnya? Rupa-rupa teori bermunculan dan berbagai regulasi telah diterbitkan untuk menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Adalah Presiden Jokowi dalam pidato pertamanya saat pelantikan sebagai Presiden RI Periode 2019-2024 menyatakan bahwa tugas birokrasi bukan lagi sekedar "sent" tapi beralihlah ke "delivered". Jangan mengaku sudah bekerja kalau pihak yang dilayani oleh birokrasi masih belum menikmati pelayanan dan belum menerima manfaat atau hasil dari layanan birokrasi tersebut. 

Lalu apakah birokrasi kita sudah terbangun ke arah delivery logic? dan apakah semua ASN, tanpa terkecuali, bertanggungjawab memastikan delivery itu?

Sent and Delivered

Dalam manajemen, yang dipahami tentang "sent" adalah melaksanakan tugas. Sedangkan "delivered" adalah hasil dari pelaksanaan tugas dirasakan dan/atau diterima dengan baik oleh pihak yang dilayani. 

Sent, tidak selalu menghadirkan pihak yang dilayani sebagai entitas yang harus diperhatikan. Berbeda dengan delivered yang menjadikan kepuasan pihak yang dilayani sebagai standar ukur pelayanan. Keberhasilan pekerjaan dengan pola "sent" adalah kegiatan terlaksana sesuai prosedur, dan anggaran terserap sesuai mekanisme keuangan yang prudent. Adapun pola "delivered", menjadikan kepuasan pihak yang dilayani sebagai tolok ukur keberhasilan.

baca artikel lainnya "Saat Kinerja Dikorupsi"

Pertama, yang harus menjadi alas dari diskusi tentang sent and delivered dalam manajemen adalah kajian tentang logika mengarusutamakan hasil dibandingkan dengan proses. Ketika diskusi kita difokuskan pada tuntutan memindahkan pola sent menjadi delivered, maka kita sedang berada di zona yang menjadikan hasil sebagai lokomotif dan proses sebagai gerbong yang harus ikut pada target hasil.

Kedua, pola kerja delivered mengasumsikan standar kerja ala sent dirancang sedemikian rupa agar mengkondisikan dipastikannya kepuasan pihak yang dilayani sebagai muara dari skema teknis program apalagi kegiatan.

Kita jawab dulu pertanyaan pertama yang di alinea pembuka di atas, apakah birokrasi kita sudah terbangun ke arah delivery logic? Rasanya mainstream di dunia ASN masih terbelenggu dengan prosedur dan mekanisme teknis yang ada di logika sent, sehingga kesulitan melangkah pada cita-cita program delivery yang berstandarkan costumer satisfaction.

Birokrasi sibuk menghabiskan energi tentang pola teknis program dan kegiatan, sampai kehabisan tenaga untuk mengingat bahwa ada pihak yang dilayani yang menunggu hasil kerja birokrasi.

Organisasi Mendukung Delivery

Desain organisasi adalah gambaran paling real dari visi misi organisasi. Desain organisasi yang tidak bermuara pada visi misi organisasi akan menyudutkan organisasi pada culdesac (jalan buntu). Logika dasar organisasi adalah konektifitas dan cascading.

Postur Organisasi pada pola delivery harus terbangun dengan dasar konektifitas kinerja antar jenjang jabatan. Target kinerja pada enjang jabatan tertinggi terhubung secara cascade sampai jenjang jabatan terendah.

Artikel terkait "Mengapa Harus Cascade?"

Dengan demikian, cita-cita mengubah pola kerja sent menjadi delivery, salah satu faktor pentingnya adalah bagaimana desain organisasi dipastikan merupakan terjemahan praksis dari visi misi organisasi. 

Lalu masuk ke pertanyaan kedua yang dicantumkan pada alinea pertama catatan ini; apakah semua jenjang jabatan bertanggungjawab untuk memastikan hasil kerja organisasi ter-deliver dengan baik?

Jawabannya pasti, Ya! Tapi jawaban itu perlu dilengkapi dengan catatan bahwa setiap jenjang organisasi paham, sadar, dan peduli tentang hasil akhir yang hendak dicapai oleh tahapan yang berada pada domain kewenangan jabatannya.

Kita buat contoh sederhana. Target kinerja sebuah organisasi rumah makan adalah menyajikan makanan yang nikmat dirasa dan enak dipandang oleh pelanggannya. Setiap jenjang jabatan pada rumah makan tersebut bekerja pada domain kewenangan masing-masing dan sekali lagi dengan "paham, sadar, dan peduli" pada target kinerja tersebut.

Penyusun menu sebagai team leader menuliskan menu yang terbaik, lalu pembeli bahan masakan pun membeli bahan-bahan yang terbaik dan sesuai dengan yang tercantum dalam daftar resep masakan. Demikian halnya dengan tim yang bertugas merapikan ruang makan pun memastikan kondisinya hiegenis, wangi, nyaman, dan menarik. Koki pun bekerja dengan SOP dan proses bisnis yang semestinya. Kesemua jabatan bekerja pada domain masing-masing yang intinya adalah tercapainya target kinerja yang kemudian dibanggakan bersama.

Artikel terkait

Jika ada tim dibawah team leader yang memiliki pendapat berbeda dan mengancam kegagalan target kinerja, maka yang bersangkutan ditawarkan untuk mengerjakan tugas lain atau bahkan keluar dari tim. Pada tingkat ini, terpahamilah bahwa cascading tugas menjadi penting dan yang lebih penting lagi adalah team leader harus membuat keputusan yang jelas dan tegas.

Team Leader Birokrasi

Alinea pertama catatan ini mengurai singkat tentang pidato pelantikan Presiden Jokowi akhir Oktober 2019. Setelah di bagian pembukaan, Presiden menegaskan tentang keharusan memastikan layanag yang delivered, bukan sent, lalu berikutnya Presiden menegaskan arahannya untuk melakukan penyederhanaan birokrasi yang dipandang cukup 2 (dua) level teratas saja, yaitu Jabatan Pimpinan Tinggi Utama/Madya dan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama. 

Mereka yang dipercaya pada jenjang jabatan itukah yang menjadi team leader birokrasi? Catatan berikutnya kita urai masalah ini.

Tabik,
WHS   

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...