Senin, 13 Januari 2020

Pemimpin Wajib Visioner

"Tidak ada Visi Menteri, yang ada itu hanya Visi Presiden" 

Demikian Presiden Jokowi menegaskan pada saat pengumuman komposisi Kabinet Indonesia Maju. Pernyataan Presiden itu, saya kira, ditujukan agar lebih kepada agar Menteri dan aparatur pemerintahan lainnya melangkah ke satu titik yang sama yang ditetapkan Presiden. Pernyataan itu bukanlah argumen yang mengabsahkan seorang pemimpin organisasi mengelola organisasinya tanpa bekal visi. Karena, bukanlah seorang pemimpin jika tidak visioner!

Dalam catatan sebelumnya, kami urai tentang problem kepemimpinan sampai pada kesimpulan yang sangat sederhana tapi sering dilupakan atau pura-pura lupa, yaitu bahwa pemimpin itu adalah kita sendiri.

[Artikel terkait: Pemimpin Berhak Dapat Lebih

Adapun catatan kali ini ingin menegaskan sesuatu yang juga sangat sederhana yakni tentang betapa visi itu menjadi penanda apakah seseorang itu layak disebut pemimpin atau tidak.

Kejujuran Pemimpin

Biasanya seorang pejabat saat baru saja dilantik di suatu jabatan, ia diminta memberikan sambutan perkenalan. Kalimat retoris yang paling populer disampaikan dalam sambutan itu biasanya sang pejabat baru menyatakan bahwa penempatannya pada jabatan itu bukan karena ia yang terbaik. 

Pernyataan ini tentu positif. Menandakan kerendahan hatinya, tidak merasa dirinya yang terbaik, tidak mengklaim paling ahli, dan tidak mengaku diri paling tahu. Jika demikian, maka pemimpin yang rendah hati itu dapat diharapkan kelak menjadi pembelajar yang tangguh dan pendengar yang baik.

Kalimat lainnya yang juga tak kalah populer adalah bahwa tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, sang pejabat baru itu mengaku bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kalimat kedua ini mulai terasa hambar dan klise karena sudah menyentuh pada praktek teknis bekerja nanti.

Hari pertama pimpinan baru itu pun berlalu dengan kesan beragam di benak para staf di ruang kerja itu. Ada yang mulai sibuk "cari celah" untuk bisa dekat dengan pejabat baru, ada juga yang beringsut ke pojokan; membuka "focus group discussion", membicarakan siapakah sang pejabat baru itu, ada juga yang langsung ke aktivitas biasanya. Baginya, pejabat lama pergi dan yang baru datang, ia tetap saja begitu.

Hari kedua, minggu pertama, bulan pertama dan beberapa bulan berikutnya, mulailah para staf menyimpulkan bahwa pejabat yang baru itu ternyata tidak punya gagasan, tidak paham pekerjaan, tidak mengerti tanggungjawab jabatannya, dan tidak ada bedanya antara hari pertama ia datang sampai beberapa bulan ini. Satu-satunya yang paling dikuasai oleh pejabat baru itu ternyata hanyalah haknya.

[Baca artikel lainnya: Pengalaman] 

Kesimpulan yang mengerucut kemudian adalah bahwa pejabat baru itu benar-benar jujur dengan ucapannya pada sambutan di hari pertama. Jujur bahwa ia bukan yang terbaik alias ia diangkat jadi pejabat karena "unsur lain" selain kompetensinya. Pun dengan statement berikutnya, ia jujur tentang bahwa tanpa bantuan staf ia tidak bisa bekerja. Ya benar, pejabat itu jujur. Ia sangat jujur mengaku bahwa ia tidak bisa bekerja karena memang benar-benar tidak bisa bekerja meskipun sudah berbulan-bulan menjabat.

Kewibawaan Pemimpin

Bawahan akan "memandang" pada atasannya karena kewibawaannya. Tentu, wibawa bukan sesuatu yang tercipta begitu saja, tetapi ada usaha keras dibalik itu. Salah satu hal yang paling menentukan kewibawaan seorang pemimpin adalah kekuatan visinya. 

Visi bagi seorang pemimpin bak kartu sakti yang menjadi garansi bahwa ia layak dipandang sebagai seorang pemimpin.

Jangan pernah anda bangga dihormati oleh bawahan anda ketika ia berhadapan langsung dengan anda karena besar potensinya bahwa penghormatan itu gegara jabatan anda saja. Tetapi tidak usah khawatir bagaimana pendapat sekitar anda ketika anda sudah berusaha keras untuk mempelajari tugas jabatan anda yang kemudian melahirkan satu strong statement tentang kemana unit kerja ini akan diarahkan bersama anda di pucuk pimpinannya. Strong statement itulah bahasa sederhana dari sebuah visi.

[Artikel lainnya: Diberhentikan dari Jabatan]

Wibawa seorang pemimpin akan terang benderang ketika jelas dan tegas kemana organisasi akan diarahkan. Kejelasan dan ketegasan sikap pemimpin tentang arah organisasi akan membangun rasa percaya diri pada staf-stafnya dan mereka pun akan merasa terlindungi untuk melakukan sesuatu selama itu sesuai dengan arahan sang pemimpin.

Silahkan sekarang ukur sendiri apakah anda sudah termasuk pemimpin yang visioner? Jika tidak, pikirkan baik-baik sindiran apa yang tengah dialamatkan kepada anda sehingga dipercaya menjadi memimpin sesuatu yang tidak anda pahami.
Kopi pagi,
WHS

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...