Terlepas dari lalu lintas
konsep dan teorinya, Pemimpin dalam kajian ini akan dimaknai sangat sederhana dan lebih lugas.
Pemimpin adalah orang yang memimpin, sesederhana itu. Berikutnya, my strong statement is...
"Karena berbagai konsekuensinya, pemimpin berhak dapat lebih
dibandingkan dengan yang dipimpinnya". Jangan marah dulu, kita telusuri alur logiknya, mengapa pemimpin berhak lebih dihormati, lebih didahulukan, lebih besar gajinya, dan lebih yang lainnya.
Pemimpin berhak mendapatkan lebih,
Karena seorang pemimpin harus sedapat
mungkin paling menguasai masalah yang dihadapi oleh komunitas atau organisasi
yang dipimpinnya. Penguasaan masalah itu tidak bisa diputus dengan kata
"tidak", hanya boleh sekedar menyebut "belum".
Artinya, tidak boleh ada yang menjadi pemimpin tapi tidak menguasai
masalah. Andaikan ia baru memasuki dunia itu, maka ia harus menjadi pembelajar
tangguh yang jelas terlihat extra effort-nya untuk segera mnguasai
masalah. Hal itu agar ia gagah berkata, "saya belum menguasai masalah ini,
tapi saya bekerja keras mempelajarinya".
Karena pemimpin wajib menguasai masalah yang menggelayuti pihak-pihak yang dipimpinnya, maka pemimpin berhak mendapatkan lebih.
Pemimpin berhak mendapatkan lebih,
Karena seorang pemimpin harus berada di
garis depan saat komunitas atau organisasi yang dipimpinnya dihadang masalah.
Keberanian menghadapi masalah adalah prerequisite seorang pemimpin. Jika
masalah dihindari tapi manfaat dikeruk sebesar-besarnya, sejatinya ia bukan
pemimpin.
[baca artikel lainnya: Memulai Tak Pernah dari Awal]
Saat masalah menerpa, naluri seorang pemimpin tidak perlu banyak
kalkulasi, berdiri tegak di barisan depan menghadapi masalah itu. Andaikan,
lagi-lagi belum menguasai masalahnya, it's more than enough for the leader to
say "I am responsible to solve this problem!" Selanjutnya, kumpulkan
tim yang menguasai masalah itu untuk merumuskan solusi konkritnya.
Karena pemimpin wajib berada di saf terdepan saat masalah mendera pihak-pihak yang dipimpinnya, maka pemimpin berhak mendapatkan lebih.
Pemimpin berhak mendapatkan lebih,
Karena seorang pemimpin menjadi
pemegang palu keputusan atas perselisihan yang menjadi polemik diantara
pihak-pihak yang dipimpinnya, maka sang pemimpin adalah harapan para pengharap keadilan
sekaligus obyek kebencian para mesin keruk keuntungan pribadi.
[Dari mana keputusan dimulai? Baca artikelnya: Top Down Policy]
Berdiri tegak lurus pada prinsip
keadilan menjadikan seorang pemimpin bukan duduk di singgasana tapi altar
pengorbanan. Tidak silau dengan cahaya pujian dari sebagian orang dan juga tidak
tersungkur oleh tebasan pedang barisan pembencinya.
Karena pemimpin wajib berpegang teguh pada prinsip keadilan dan karena ia menjadi harapan hadirnya keadilan serta ia tidak akan pernah bisa disukai oleh semua pihak, maka pemimpin berhak mendapatkan lebih.
Pemimpin berhak mendapatkan lebih,
Karena menyatakan siap menjadi pemimpin
sama halnya dengan memesan satu kursi pesakitan di hari pembalasan
kelak. Saat setiap pribadi yang dipimpinnya dulu diadili atas apa yang
dilakukannya di dunia ini, sang pemimpin akan menjadi salah satu tersangka yang
terindikasi menjadi penyebab perilaku mantan bawahannya.
Sang pemimpin akan duduk paling lama di muka sidang agung yang dipimpin oleh Sang Maha Pemimpin.
Semoga Yang Maha Kuasa senantiasa
melindungi para pemimpin kita dan mengasihinya dengan mengingatkan bahwa
kekuasaan itu hanya milik NYA. Lalu siapakah diantara kita yang bukan pemimpin?
[Artikel lainnya: Menduga dalam Bekerja]
Ternyata tulisan ini bukan tentang
atasan kita di kantor apalagi tentang presiden yang akan dilantik pertengahan
oktober nanti. Bukan. Tulisan ini tentang kita semua.
Tabik,
Selamat sore para pemimpin