Bekerja dalam sebuah organisasi pasti sudah diatur oleh distribusi tugas dan tanggungjawab. Karena standar normatif itu, kesuksesan dan kegagalan dalam pekerjaan dalam sebuah organisasi berpijak pada asumsi dasar organisasi; distribusi tugas. Maknanya kemudian, gagal tidak bisa ditimpakan pada staf yang bekerja di level teknis. Demikian pula halnya dengan sukses yang tidak fair diklaim oleh pimpinan unit kerja saja.
Bahkan lebih dalam dari itu, kemampuan yang kita punya sehingga membuat kita dapat bekerja lebih baik itu, dari manakah kemampuan itu berasal? Pernahkah terpikir untuk mencantumkan ibunda kita sebagai yang paling berjasa, berterimakasih kepada guru-guru yang mengajari kita cara mengeja, memuji semua teman kerja yang menempa kita cara bersikap. Sungguh keberhasilan yang kita raih melibatkan banyak pihak di dalamnya, bukan karena KITA sendiri.
Organisasi tidak bisa bekerja dengan baik jika kita selalu merasa keberhasilan pekerjaan itu karena kita, tetapi kegagalan kita itu gara-gara ulah mereka. Sukses karena kita, gagal akibat mereka.
Sahabatku, percaya atau tidak, cara bersikap seperti itu, berprasangka buruk, adalah akibat dari kita yang terlalu sering menduga dalam bekerja. Berprasangka baik akan lebih menyamankan karena jika prasangka itu keliru sekalipun tak akan membuat beban.
Menduga atau berprasangka bukanlah pola sikap biasa. Di dalamnya terdapat unsur menilai, membuat kesimpulan, meletakan sesuatu/seseorang ke dalam sebuah posisi tertentu dan semua itu dilakukan dengan berdasarkan pada informasi yang terbatas atau jikalau pun informasi itu dirasa 'banyak', tetapi cenderung sepihak atau uncover both-side.
[Catatan lainnya: Bekerja & Berprestasi, Cukup?]
Potensi sebuah dugaan mengarah pada kebenaran masih membutuhkan hipotesa yang bisa jadi tidak sedikit bahkan bisa memutar-balikan dugaan awal. Namun yang menarik adalah ketika dugaan itu sudah diembel-embeli dengan "dugaan buruk", maka sebanyak apapun informasi yang diterima tetap saja akan "dipilah dan dipilih"; mana yang sesuai dengan dugaan akan diambil sebagai penguat data, sedangkan yang tidak cocok akan dikesampingkan.
Dalam proverb Bahasa Arab disebutkan bahwa,
Mata penuh cinta akan mengesampingkan kecacatan dari yang ia lihat, tetapi mata penuh benci akan memunculkan kekurangan yang sesungguhnya tidak ada.
Dalam konteks bekerja pada lingkup sebuah organisasi, menduga adalah pola yang tidak baik untuk tidak menyebutkannya berbahaya. Modus merasa diri paling penting atau paling sibuk akan segaris-lurus dengan sikap meremehkan orang lain, mempersulit kerjasama, dan menutup diri dari keinginan yang lain berubah.
Individualisme atau egoisme dalam berorganisasi itu akan membuahkan pudarnya ruh organisasi yang -sekali lagi- harus dipahami sebagai wadah sukses bersama, naik kelas bersama.
[Catatan lainnya: Kuncen Kerja]
Menduga atau berprasangka bahwa kesuksesan dalam pekerjaan di sebuah organisasi hanya karena DIRINYA, sama halnya dengan menafikan atau meng-exclude dirinya sendiri dari organisasi. Karena pada hakikatnya tidak akan pernah kesuksesan individual dalam organisasi.
Nilai dasar organisasi mengasumsikan bahwa pekerjaan itu dipersiapkan, dilaksanakan, dilaporkan, dan dicapai hasilnya secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh organ dari organisasi, tanpa kecuali.
Pejabat yang menandatangani sebuah surat keputusan tidak akan memutuskan apapun tanpa dokumen yang sudah diperiksa oleh pejabat lain di bawahnya. Pejabat yang berwenang mengoreksi konsep surat keputusan tidak akan memeriksa apapun jika tidak ada dokumen yang dipersiapkan oleh pejabat di bawahnya. Pejabat yang bertugas menyiapkan bahan untuk penyusunan dokumen tidak akan bekerja tanpa ada pegawai yang menyusun atau membuat sebuah draft/dokumen. Pegawai yang bekerja membuat draft tidak mungkin optimal bertugas tanpa bahan yang dikumpulkan oleh pegawai lainnya.
Catatan lainnya:
Demikianlah hierarki keorganisasian yang -sekali lagi- mempertegas asumsi bahwa organisasi adalah sekumpulan organ yang mekanismenya sudah tersistem dengan baik dan dijaga oleh batasan kewenangan.
Percayalah, perasaan yang membisikan pikiran bahwa keberhasilan di unit kerja anda itu tercipta karena anda sendiri, itu adalah dugaan yang negatif. Tetapi benar bahwa anda berkontribusi sama besarnya dengan komponen lain dalam pencapaian keberhasilan organisasi.
Dari titik yang sama (dugaan/prasangka) tetapi dengan arah gerak berbeda (positif), maka hasil yang didapatkan pun berbeda. Maksudnya, pada alinea-alinea diatas kita berbicara tentang dugaan atau prasangka yang negatif yang jelas membuahkan iklim yang tidak kondusif bagi organisasi. Tetapi jika dugaan atau prasangka itu kita arahkan pada aspek positif, maka suasana kerja pun akan terasa nyaman.
Jika ada rekan kerja kita yang terlambat melaksanakan tugas tertentu, buatlah dugaan positif bahwa bisa jadi yang bersangkutan sedang menghadapi masalah pribadi sehingga kinerjanya menurun dan berbagai contoh kasus lainnya.
Dugaan atau prasangka positif akan membawa kita pada kondisi positif bagi kita. Andaikan dugaan positif itu keliru atau tidak tepat maka itu akan menjadi didikan sangat besar bagi pihak yang kita duga positif itu.
Sahabatku yang baik, berhentilah menduga dan berprasangka buruk dalam bekerja. Mengaku bahwa keberhasilan yang dicapai oleh organisasi tempat kita bertugas itu karena andil besar kita adalah langkah awal menuju runtuhnya makna dasar organisasi. Bahkan, meskipun diakui oleh orang lain bahwa anda menjadi faktor penentu keberhasilan sebuah organisasi adalah cobaan untuk membuat anda lebih baik dari pengakuan itu.
Mulailah kita berfokus pada tugas yang diberikan kepada kita dan menghentikan dugaan dan prasangka yang bisa menghancurkan nilai dasar organisasi.
Best regards,WHS