Selasa, 23 Februari 2021

Kuncen Kerja

Kuncen, entah dari bahasa mana kata itu berasal. Tapi rasanya makna dari kata itu sudah masyhur dipahami. Sepertinya, kuncen terhubung dengan kata "kunci" sehingga dengan mudahnya kita pahami kuncen itu juru kunci; seseorang yang menjadi penentu siapa yang bisa masuk atau punya akses ke suatu tempat yang terkunci. Mengapa kuncen menentukan? karena "dia yang pegang kuncinya". Coba bayangkan di tempat kita bekerja ternyata banyak kuncen. Bagaimana rupa sang kuncen kerja?

Dunia kerja adalah dunia yang sesungguhnya hanya tempelan atau embel-embel. Toh diluar dunia itu, kita kembali ke status dasar kita sebagai pasangan hidup bagi istri/suami, orang tua bagi anak kita, tetangga bagi orang yang tinggal di sekitar kita dan sebutan sederhana lainnya. So, hanya di tempat kerja atau pada jam kerja, kita berstatus sebagai pegawai/karyawan atau pejabat dari sebuah instansi tempat kita bertugas. Sesederhana itu terpahami bahwa pekerjaan hanyalah tempelan atau embel-embel belaka.

[Artikel terkait: Pengalaman Diciptakan Bukan Tercipta]

Kendati demikian, hampir di banyak tempat kerja selalu ditemukan sekelompok orang yang hobby menjadikan pekerjaannya sebagai status utama atau posisi dasar diri dalam hidupnya. Ia lupakan bahwa ia adalah pasangan hidup bagi istri/suaminya, orang tua bagi anaknya, dan lain sebagainya. Ia menuhankan statusnya dalam pekerjaan. Sampai-sampai ia pertahankan mati-matian statusnya itu dengan mengunci semua hal yang ia ketahui atau tugas yang diberikan kepadanya, jangan sampai ada orang lain yang mengetahui atau mengerjakan tugas yang sama dengannya.

Dialah kuncen kerja. Orang yang menguasai pengetahuan tentang sesuatu, berpengalaman mengerjakan sesuatu, serta bertugas melaksanakan sesuatu di tempatnya bekerja dan ia "kunci" semua itu dari selain dirinya.

Kuncen kerja akan sangat ketat mengunci komputernya dengan password rumit agar jangan ada yang lain yang bisa mengakses komputer itu. Kuncen kerja pun akan senang menjelaskan pengetahuannya dengan serumit mungkin sehingga ia bahagia ketika pendengarnya pusing tujuh keliling untuk memahaminya.

[Artikel lainnya: Mau dan Mampu]

'Profesi' kuncen di dunia kerja itu terus digelutinya karena satu keyakinan dasar bahwa "saya tidak akan diperhatikan lagi kalau ada yang selain saya mengetahui informasi ini".

Mengapa keyakinan negatif thinking itu menancap kuat dalam benak para kuncen kerja? karena ia picik menilai bahwa rizkinya dijamin oleh pola monopolinya pada pengetahuan dan pengalaman tertentu. 

[Artikel lainnya: Salah Jurus]

Selamat tinggal kuncen kerja, roda organisasi akan terus berputar tanpa harus menunggu satu penumpang yang tidak mau hidup bersama dan menuhankan dirinya sendiri. Organizational learning akan menggilas profesi kuncen kerja dan menebarkan cara berorganisasi yang sehat dengan menjadikan semua pola kerja sebagai wahana saling belajar, bukan menghajar. Apakah ia pikir organisasi tidak berkembang? Come on, bangun dari tidur panjang mu saudaraku.

Lumayan, belajar nulis lebih singkat, kurang dari 400 kata

Tabik,
WHS

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...