Kamis, 18 Februari 2021

Missing Link Organisasi

Organisasi itu organ yang dibangun, dihubungkan, diatur, dan dikelola. Organ adalah entitas tunggal, tapi karena digerakan pada satu visi yang sama maka berbagai organ berbeda tugas dan jenjang kewenangan itu terhubung (linkage) laksana satu tubuh. Jika menggunakan oposisi biner sederhana, atas-bawah, maka organ atas dan bawah mutlak terhubung agar layak disebut organisasi. Bagaimana jadinya jika ada garis yang hilang sehingga terjadi missing link organisasi?

Bermuara pada Visi

Keyword yang paling kuat dalam organisasi adalah visi. Berbagai karakter individu, skill, minat, latar belakang sosial dan pendidikan, bahkan keunikan apapun pada setiap individu yang berkomitmen tergabung dalam sebuah organisasi mutlak berkomitmen pada visi dari organisasi tersebut. Visi adalah titik temu dari semua keberbedaan, baik itu perbedaan yang dirancang (by design) karena kebutuhan organisasi maupun yang dibawa oleh masing-masing individu (given and already had). 

Organisasi pasti terbangun dengan merancang unit kerja dalam tugas fungsi dan kewenangan yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhan SDM yang memiliki keberbedaan kompetensi, kecenderungan, dan latar belakang. Aneh jika organisasi memaksa SDM nya hanya terdiri dari satu kemampuan dan pengetahuan. Namun sekali lagi, semua keberbedaan itu tetap harus terhubung menuju satu titik yang sama, yaitu visi organisasi secara hierarkis atau berjenjang.

Catatan ini tidak untuk mengurai visi organisasi, tapi menjawab tentang bagaimana jika terdapat garis putus dalam kemutlakan keterhubungan setiap hierarki organisasi yang mengarah pada visi organisasi?

Link Hiearki Organisasi

Ciri khas mendasar organisasi pada ranah operasional salah satunya dalah hiearki. Jabatan, tugas fungsi, kewenangan, fasilitas, pendapatan, kepangkatan, pola karier dan lain-lain dalam organisasi selalu dibangun secara hierarkis. Tentu tidak sulit bagi kita memahami logika organisasi kemudian dapat disimpulkan sebagai logika hierarki. 

Logika hierarki jangan diasumsikan negatif, seolah kaku dan berbelit-belit. Justru keberadaan hierarki itu untuk menjaga tertib organisasi. Jika hierarki ditiadakan dalam organisasi maka yang tercipta adalah chaos; siapapun boleh berkewenangan apapun. Bahaya dan rusak organisasi kalau sudah tidak tertib lagi.

Tapi ada asumsi lain yang hendak disorot dalam tulisan ini yaitu bahwa hierarki menandakan adanya keterhubungan (linkage) antara satu hierarki ke hierarki diatas, dibawah, dan disampingnya. Link dalam hierarki organisasi sesungguhnya berada pada domain logika yang sama. Organisasi dibangun dengan hiearkis dan jaminan keberjalanan organisasi didapatkan dari kepastian keterhubungan antar hiearki. 

Link pada setiap hierarki adalah indikator paling valid guna menjamin bahwa organisasi sudah berjalan karena keberjalanan sebuah organisasi adalah ketika dari hulu ke hilir terhubung secara hiearkis.

Missing Link

Kembali ke titik awal, organisasi ditentukan visi. Guna mewujudkan visi itu, organisasi membentuk struktur yang hierarkis. Adapun jaminan dari tercapainya visi dengan hierarki itu adalah dengan keberadaan link. 

Lalu bagaimana jika ada link yang terputus?

Missing link organisasi dengan mudah dipahami ketika pucuk pimpinan organisasi sedang memimpikan apa sedangkan bawahannya melakukan hal yang bertolakbelakang atau setidaknya tidak sealur dengan impian pimpinannya. Contoh lain, ketika bawahan menganggap masalah penataan organisasi itu penting tetapi ternyata pimpinan tidak menganggap hal itu perlu dilakukan segera. 

Keterputusan antar hierarki organisasi akan menjadi jalan lurus menuju instabilitas organisasi. Ketika atasan langsungnya sedang merencanakan seminar nasional, justru bawahannya malah menyusun rencana perjalanan dinas. Pimpinan memiliki banyak gagasan baru, tapi bawahannya tidak mengerti apa yang diinginkan pimpinannya karena berbgai hal. Demikian teknis lapangan dari missing link organisasi. Mudah terbayangkan betapa berantakannya organisasi ketika link antar hiearki tiba-tiba raib. Missing link organisasi dalam bentuk pola komunikasi pun dapat terjadi. 

Johari Window

Adalah Joseph Luft dan Harrington Ingham pada tahun 1955 menyumbang teori yang dapat membantu kita memahami bagaimana missing link organisasi bisa terjadi. Gagasan mereka ini dikenal Johari Window yang merupakan gabungan dari singkatan nama depan atau panggilan (nickname) masing-masing (Jo and Harri).

Melanjutkan bahasan tentang missing link dengan menggunakan pendekatan Johari Window ini dapat terpahami bahwa organisasi terklasifikasi dalam 4 jenis sesuai kondisi keterhubungan (link) antar hierarki organisasi.

OPEN Area sebagai kondisi terbaik adalah ketika pimpinan dan bawahan memiliki gagasan masing-masing tetapi saling memahami gagasan tersebut lalu terbangun ruang komunikasi produktif yang menghasilkan gagasan utuh.  

BLIND SPOT dan HIDDEN Area adalah kondisi bimbang penuh syakwasangka dan punya potensi sama untuk menjadi lebih baik (better) karena terbuka ruang komunikasi atau juga sebaliknya semakin buruk (worst) karena komunikasi tersumbat dan diambil sikap karena fitnah, rumor, informasi sepihak, dan like-dislike. 

Blind spot dan Hidden Area kami kategorikan sama karena posisinya adalah ketika atasan memiliki sebuah gagasan yang terkalkulasi secara komprehensif tetapi bawahannya tidak paham atau sebaliknya bawahan memahami regulasi tertentu tetapi atasannya tidak paham tentang regulasi tersebut. Kami pandang dua kondisi tersebut sama karena intinya adalah adanya dua pihak yang salah satunya merasa memahami sesuatu dan yang lainnya tidak.

Menariknya, dalam Blind spot dan Hidden Area bisa jadi kedua belah pihak sesungguhnya sama-sama expert di bidangnya tetapi terdapat sebuah kondisi dimana expertise-nya tidak terejawantahkan gegara salah satunya sumbatan komunikasi ataupun superioritas dan/atau inferioritas satu sama lainnya. 

Terakhir, UNKNOWN Area. Ini kondisi terburuk dan jangan sampai terjadi pada organisasi tempat anda bekerja, yaitu ketika semua tidak memahami gagasannya dan juga tidak memahami gagasan yang lainnya. Unknown area mengasumsikan adanya organisasi yang terdiri dari SDM yang tidak mumpuni pada bidangnya masing-masing dan beradu argumen tentang sesuatu yang masing-masing dari mereka tidak memahami idenya sendiri dan ide yang lainnya. 

Personally, saya bingung ada di planet mana organisasi yang tertimpa bencana unknown area tersebut. Namun tentu hal itu sangat mungkin terjadi. Setidaknya karena gagasan ini dicatat oleh Joseph Luft dan Harrington Ingham dalam catatan masterpiece-nya, "The Johari Window, A Graphic Model of Interpersonal Awareness" (Los Angeles: University of California, 1955). 

Selain itu, jangan lupa juga bahwa salah satu penyakit akut di dunia organisasi adalah kebiasaan menempatkan seseorang pada tempat asing yang tidak dipahaminya dan tidak punya minat sedikitpun pada bidang tugas dimana ia ditempatkan ditambah lagi tidak difasilitasi untuk mempelajari bidang tugasnya plus dikelilingi oleh penghuni lama, orang-orang yang penyembunyi informasi, pengetahuan dan pengalaman. 

Sempurna sudah, sang pejabat baru itu akan berada pada situasi yang tidak cakap dengan pekerjaannya dan tetap menyeringaikan taring pejabatnya dengan berkoar-koar tentang idenya yang hanya menampilkan dengan terbuka ketidaktahuannya. So, he/she already built an unknown area in his/her organisation.

Lalu bagaimana cara menemukan kembali (reinvention) missing link? We will meet soon in the next chapter.

Tabik,
WHS

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...