Minggu, 25 Juli 2021

Kisah Kehidupan untuk Berita Kematian

Berita duka cita tak henti berlalu lalang di linimasa media sosial masing-masing kita. Sampai sticker whatsapp pun tersedia untuk berbagai jenis ucapan bahkan do'a bagi orang yang meninggal dunia, untuk memudahkan posting saking tak hentinya berita duka cita berdatangan. Namun beberapa waktu terakhir ini, selalu muncul pertanyaan berikutnya setelah "kapan tepatnya beliau wafat?" Pertanyaan itu adalah "beliau terkonfirmasi positif covid19 atau bukan?" Sebegini saja kah kualitas keimanan kita kepada NYA?

Penulis terhenyak untuk melemparkan pertanyaan keras tersebut karena gemas dan geram melihat cara pandang kita hancur berantakan gegara covid19 ini. Akidah atau keyakinan kita akan kekuasaan-NYA tetiba runtuh karena melihat dengan mata kepala sendiri tentang dahsyatnya covid19. Penulis sampai pada titik sangat khawatir keyakinan kita berubah. Semula hanya Tuhan yang memiliki hak penuh untuk menetapkan ajal setiap kita, tapi kini covid19 telah mengambil alih kekuasaan NYA itu. Apakah begitu?

Covid19, serangan jantung, gagal ginjal, kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, ledakan bom, atau apapun itu semuanya tanpa kecuali hanya sebab dari kematian. Tanpa sebab yang kita bayangkan sekalipun, kekuasaan Tuhan untuk mencabut nyawa kita tidak pernah berubah. Tetap hanya Tuhan yang berkuasa penuh menentukan kapan kita menghadap NYA dan yang tersisa hanyalah sekuat apa kita mempersiapkan perbekalan untuk menemui NYA itu.

Membicarakan tentang kematian jangan berisi tentang bagaimana seseorang meninggal dunia. Covid atau non-covid, bukan. Berita duka kematian kita dengar lalu dibicarakan dengan do'a semoga yang meninggal diampuni dosanya dan dilipatgandakan pahala kebaikannya. Selain itu, berdo'a dan bersikaplah yang tepat tentang saat yang bersangkutan masih hidup atau orang-orang yang masih hidup dan ditinggalkan oleh almarhum. 

Ceritakanlah berbagai kebaikan dan bekas positif yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal semasa ia hidup. Kematian beliau harus menjadi awal mula cerita indah tentang kehidupannya. Ceritakanlah jasa-jasa almarhum sehingga semua orang mengenal lebih baik dan meneladani kebaikan almarhum.

Selain itu, jangan lupa bahwa almarhum meninggalkan orang-orang terdekatnya yang sangat berduka atas kepergiannya. Berikanlah hak mereka yang ditinggalkan itu dengan berbuat baik kepadanya. Menghibur mereka yang ditinggalkan, memberikan dukungan yang pada intinya hanya membisikan bahwa mereka tidak menanggung kedukaan ini sendirian.

Hak bagi yang sudah wafat adalah dido'akan serta diceritakan dan diteruskan kebaikan-kebaikannya. Hak bagi yang masih hidup dan ditinggalkan karena kematian adalah dido'akan, dibantu, didukung, dihibur, dan ditemani. Berikan hak masing-masing tanpa melebihkan yang satu dan melemahkan yang lainnya.

Apapun sebab dari kematian itu hanyalah menjadi modal kita untuk berikhtiar agar dipanjangkan usia dalam keadaan yang kuat untuk beribadah kepada NYA. Tapi pertahankan keyakinan kita bahwa kematian ada dalam genggaman kuasa NYA. 

Ringkasnya, jangan diskusikan tentang bagaimana seseorang menghadapi kematiannya, tapi beritakanlah bagaimana kebaikan dan jasa besar almarhum di kala hidup.

"Pak Ali Rokhmad, monggo njenengan menghadap Gusti Allah dengan tenang dan damai. Dosa yang diampuni dan pahala kebaikan yang dilipatgandakan. Mohon maafkan kesalahan kami ke njenengan. Andaikan ada kekhilafan njenengan ke kami, pasti kami maafkan sepenuh hati. Berbahagialah disambut Kanjeng Rasul yang njenengan tak henti bershalawat kepadanya" [Ahad, 25 Juli 2021]

Tabik,
WHS

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...