Kita menilai sesuatu, butuh faktor pendukung atas penilaian itu. Kita memilih sesuatu, juga dipengaruhi oleh faktor yang terkait dengan sesuatu itu. Penilaian dan pemilihan selalu butuh faktor sekitarnya dan itulah indikasi. Bisa saja sesuatu terjadi, seolah tanpa indikasi. Tetapi, itu hanya seolah-olah. Karena indikasi selalu ada, tetapi bisa jadi kita tidak mengetahuinya atau bisa jadi kita mengetahui hal tersebut, tetapi tidak memahami bahwa hal itu adalah indikasi. This is life, my brother.
Mengapa kita bicarakan tentang indikasi ini, seberapa pentingkah indikasi buat kita?
Posisi kita, dalam makna yang luas, sangat tergantung pada bagaimana kita bersikap. Meskipun usia sudah tidak muda lagi, kalau kita bersikap seperti anak kecil ya kita diposisikan kanak-kanak. Contoh lainnya, meskipun anda sesungguhnya berkekurangan, tetapi ketika anda bersikap mensyukuri apa yang anda punya, maka anda akan merasa berkecukupan. Demikianlah sikap menjadi tanda kita dinilai.
Lalu, mau seperti apa sikap yang kita pilih, tentu butuh variabel pembantu. Jika kita bersikap tanpa variabel itu, apa jadinya bentuk sikap kita itu.
Tanda Sikap
Seseorang dinilai karena sikapnya. Bentuk sikap seperti apa yang hendak kita pilih terkadang membutuhkan variabel pendukung yang memastikan bahwa orang lain paham bentuk dan maksud dari sikap kita itu.
Artikel lainnya: Signifikansi Menilai Signifikan
Misalkan, untuk menunjukan sikap terbuka menerima masukan, anda tidak bisa melakukan walk out padahal baru saja satu pendapat mengkritik gagasan anda. Jika ingin dipahami bahwa anda itu pro kemajuan, bagaimana mungkin anda menolak semua kritikan. Sikap anda yang selalu memilih orang yang berasal dari daerah yang sama dengan anda akan menyulitkan orang lain menilai anda itu bersikap terbuka apalagi profesional.
Bentuk implementasi dari sikap atau praktek dari prinsip atau fakta lapangan yang diperlihatkan ke publik adalah sekumpulan indikator yang digunakan publik untuk menandai sikap anda sebetulnya seperti apa. Demikianlah indikator sebagai tanda.
Pada konteks lain, dapat juga ditemukan penilaian kita terhadap seseorang itu, misalkan dalam pendapat anda dia itu pengadu domba. Gegara itu anda membencinya. Hati-hati jangan terburu-buru memberikan respons sikap dalam bentuk kebencian, misalnya, karena untuk menilai "dia itu pengadu domba" anda butuh sekumpulan tanda yang meyakinkan, bukan asal tuduh, itulah indikasi.
Uji Materil diantara Kepemimpinan dan Keputusan
Dalam posisi kita sebagai pimpinan, dalam makna yang luas, kita selalu dihadapkan pada kondisi sebagai decision maker. Kalau anda tidak pernah mengambil keputusan, kepemimpinan anda diragukan.
Artikel terkait:
Namun jangan lupa, pengambil keputusan adalah penanggungjawab dari keputusan itu. Lho koq berat? ya demikianlah. Karena mengambil keputusan itu bagian dari kemewahan seorang pemimpin, maka konsekuensinya adalah ia harus "tetap menjadi pemimpin" saat mempertanggungjawabkannya, bukan nginjek bawahannya untuk bertanggungjawab.
Memimpin yang kemudian dihadiahi dengan momentum mengambil keputusan yang pada giliran berikutnya berakumulasi pada mempertanggungjawabkan apa yang diputuskan. Pertanggungjawaban sebagai akumulasi dari kepemimpinan dan keputusan membutuhkan kuda-kuda yang kokoh agar keputusannya ajeg dan pertanggungjawabannya kredibel.
Kokohnya kuda-kuda itu bukan dengan argumentasi saja apalagi yang cenderung apologetik, bukan pula dengan intimidasi relasi kuasa yang berlogika atas-bawah. Kuda-kuda yang kokoh itu adalah berbagai variabel yang terbukti atau dapat dibuktikan di lapangan dan diakui oleh pihak lain. Variabel yang terbukti atau dapat dibuktikan itu yang disebut dengan uji materil.
Artikel lainnya:
Indikasi yang diuraikan diatas dioperasikan sebagai tanda sikap yang diperkuat dengan uji materil sebagai variabel yang terbukti atau dapat dibuktikan. Jika kepemimpinan menyusun keputusan berbekalkan indikasi maka meja pertanggungjawaban suasananya berubah menjadi ekspos hasil kerja atau sosialisasi output program.
Indikasi bermanfaat atau berfungsi untuk menjaga akuntabilitas kepemimpinan dengan memperkuat kredibilitas keputusan.
Tabik,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar