Setiap kita punya potensi untuk pernah terjatuh pada sebuah tindak kesalahan. Namun potensi umum itu bukan untuk mendegradasi harapan untuk hidup lebih baik karena sebaik-baiknya pelaku kesalahan adalah mereka yang bertaubat dari kesalahan itu, karena ada satu fakta mutlak yaitu bahwa ampunan dari Sang Maha Pengampun lebih luas dari kesalahan apapun yang dilakukan.
Namun jangan pernah berharap pengampunan dari-Nya jika kita membiarkan kesalahan atau berlepas dari kesalahan karena salah adalah salah.
Catatan ini bermula dari status kami di media sosial dalam bentuk caption picture diatas. Sesaat posting status itu, beberapa sahabat kami bertanya maksudnya apa; apakah tidak ada edisi revisi bagi seseorang yang sudah melakukan kesalahan; dan apakah artinya pintu maaf tidak pernah ada?
[baca artikel lainnya: Bahaya Tumben]
Prinsip dasar dari sebuah kesalahan adalah salah, titik. Itu dulu yang harus kita sepakati. Namun ketika ada berbagai argumen dan kondisi yang mengitari sebuah kesalahan itu, maka baru kemudian ia bisa berubah status menjadi tidak salah (belum tentu benar ya..), dengan catatan argumen dan kondisi tertentu.
Catatan ini ingin menekankan pada dua kondisi yang menyertai sebuah kesalahan yang menurut kami (kedua kondisi tersebut) tidak akan pernah dapat mengubah status sebuah kesalahan menjadi kebenaran.
Pertama, kesalahan tetap kesalahan meskipun pelakunya bersikap acuh tak acuh atas teguran yang dialamatkan kepadanya akibat dari kesalahannya itu.Tidak sedikit dalam keseharian kita, kita perhatikan ada pelaku kesalahan yang jelas terbukti dalam logika sederhana (tanpa analisis yang ribet dan njelimet) dan kemudian ia ditegur oleh siapapun itu atas perilaku salahnya tersebut. Sederhana dan mudah dipahami; salah-ditegur.
Tapi yang terjadi berikutnya, ternyata orang yang bersalah itu dengan santai tidak mempedulikan teguran tadi. Teguran disampaikan, masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Lebih merepotkan lagi, ketidakpedulian itu kemudian tidak membuat sang pelaku salah mendapatkan teguran karena sang penegur sudah merasa lelah dan cukup hanya menegur sekali saja. Tanpa tindak lanjut dan tanpa sangsi yang jelas.
Ketidakpedulian pada teguran yang berlanjut dengan berhentinya teguran kemudian menimbulkan anggapan pada orang-orang di sekitarnya bahwa kesalahan yang dilakukan sang pelaku bukanlah kesalahan, atau setidaknya hanya kesalahan kecil, bahkan bisa jadi sebuah kebenaran.
Perhatikan kembali runutan narasinya dan kesimpulannya; kesalahan tetap kesalahan meskipun pelakunya tidak peduli pada teguran.
Kedua, kesalahan tetap kesalahan meskipun pelakunya lolos dari jerat hukum karena secara hukum tidak terbukti bersalah dan divonis tidak bersalah oleh pihak yang berwenang.Masih berurut dengan narasi pada kondisi pertama. Kita pun sering mengetahui persis tentang perilaku salah seseorang tetapi entah dengan jurus apa dan mantra apa tetiba sang pelaku itu lolos dari jerat hukum. Ia dinyatakan tidak terbukti salah dan divonis tidak bersalah oleh pihak yang memiliki otoritas hukum.
Tentu, konvensi sudah menukaskan bahwa pengatur utama kehidupan masyarakat adalah hukum. Kita bagian dari sistem itu. Namun vonis dari lembaga hukum atas perilaku salah tidak menggoyahkan prinsip bahwa salah adalah salah. Vonis hukum itu hanya menyatakan bahwa secara pembuktian hukum, perilaku itu dinyatakan tidak bersalah.
Saya sama sekali tidak mengajak anda untuk melawan hukum, karena hukum adalah harapan bagi para pejuang keadilan. Core point dari catatan ini adalah bahwa sikap kita harus tetap berkomitmen untuk tidak melakukan kesalahan meskipun pernah ada sebuah preseden dimana sang pelaku kesalahan itu "berhasil" lolos dari jerat hukum.
[baca artikel lainnya: Agama yang Hadir dan yang Dihadirkan]Dengan kalimat lain, jika anda meyakini seseorang melakukan pencurian, tapi kemudian dalam proses hukum ternyata yang bersangkutan berhasil membuktikan diri tidak bersalah dan hukum pun memutuskan begitu, maka keputusan tidak bersalah itu tidak kemudian membuat perilaku mencuri menjadi benar. That's the point!
Walhasil, kesalahan adalah kesalahan meskipun pelakunya tidak peduli pada teguran atas kesalahannya. kesalahan adalah kesalahan meskipun pelakunya berhasil lolos dari jerat hukum.
Di atas semua itu, berkomitmen untuk tidak melakukan kesalahan pun harus diperkuat dengan menjauhkan diri dari merasa paling benar sehingga mudah menyalahkan siapun yang berlawanan dengan kita.
Wallahu a'lam bi al-shawab
WHS