Jumat, 29 November 2019

Menilai Dinilai

Dalam keseharian kita, hampir setiap saat kita melakukan penilaian. Tidak terasa, iya, karena dalam skala yang sangat sederhana, bahkan sampai kita tidak menduga bahwa saat kita menilai akan menjadi saat kita dinilai. Mau pakai baju apa hari ini, mau pilih rute mana ke kantor pagi ini, mau mengerjakan tugas yang mana dulu siang ini, dan seterusnya. Kumpulan penilaian yang kita duga kita adalah subyeknya; yang menilai. Padahal, belum tentu. Lho, koq bisa! 
Catatan ini bermula dari logika binary system antara subyek dan obyek. Subyek yang melakukan; obyek yang menjadi sasaran perlakuan. Pola binary system itu mudah dipahami. Bahkan saking mudahnya memahami itu sampai tertutup pemahaman bahwa binary system antara subyek-obyek itu bisa bertukar posisi.
Peralihan status subyek menjadi obyek dan sebaliknya itu terjadi tanpa tersadari oleh keduanya. Subyek tidak menyadari bahwa ia telah menjadi obyek, demikian sebaliknya. 
Tentu kening mulai berkerut dan logika sederhana menolak peralihan status antara subyek-obyek itu. Bagaimana bisa yang melakukan X ternyata adalah yang dilakukan X. Guna memudahkan pemahaman dan menyederhanakan logikanya, kita perhatikan dua illustrasi berikut ini.

Pertama, Public Acceptability
Kita adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan yang lain dalam segala hal. Kebutuhan kita pada yang lain disini jangan terlalu dipahami hanya pada konteks bantuan atau uluran tangan. Misalkan, kita butuh keberadaan kuli bangunan saat kita hendak memperbaiki rumah; atau kita butuh kontribusi staf kita untuk menulis selembar surat. 
Catatan ini hendak menarik pemahaman tentang "kebutuhan" kita sebagai makhluk sosial pada ranah yang lebih mendasar; kita membutuhkan yang lain dalam segala hal, kita membutuhkan yang lain meskipun disaat kita tidak menyadarinya.
Coba kami turunkan lagi pemahamannya. Saat kita memilih busana yang hendak kita kenakan pagi ini untuk beraktivitas, dalam benak kita pasti muncul bagaimana pendapat orang lain kalau kita mengenakan baju ini atau itu. Public acceptability menjadi salah satu faktor yang selalu mempengaruhi kita untuk mengambil keputusan yang sesungguhnya sangat personal. Ringkasnya, kita masih membutuhkan (pendapat) orang lain untuk hal yang 100% terserah kita.
Coba renungkan baik-baik. Ketika kita mempertimbangkan penerimaan publik saat kita "menilai" mana yang pas untuk kita, sesungguhnya kita sedang menyediakan diri untuk "dinilai" oleh publik. Anda menilai baju yang mana yang pas dikenakan hari ini sama dengan anda sedang mempersiapkan diri untuk dinilai oleh publik tentang pilihan anda.
Sudahkan terlihat betapa peralihan status anda yang tadinya subyek (memilih baju), tiba-tiba ternyata berubah menjadi obyek (pendapat publik)?

Kedua, Personal Assessment
Dalam pergaulan, di dunia kerja, pada konteks kinerja organisasi, dan berbagai hal lainnya, kita acapkali dihadapkan pada personal assessment, yaitu sebuah keadaan dimana kita menilai orang lain untuk 'keperluan' tertentu. Siapa yang akan dimintai tolong untuk menyiapkan bahan presentasi, bersama siapa berangkat ke acara rapat, dan lain sebagainya adalah contoh sederhana dari personal assessment dalam tugas keseharian.
Personal assessment yang anda lakukan (sebagai subyek) terhadap orang lain (sebagai obyek), dilatari oleh sebuah keperluan, tujuan, atau tugas tertentu yang pada dasarnya adalah keperluan, tujuan, atau tugas yang dibebankan kepada anda. Artinya, personal assessment adalah mekanisme dasar dalam pendelegasian tugas. Tugas X adalah tugas anda, tapi anda delegasikan kepada orang lain (melalui personal assessment) untuk melaksanakannya.
Contoh lain dan lebih tegas lagi yaitu penempatan pos tertentu bagi seorang karyawan di sebuah perusahaan. Ketika seorang manajer menunjuk (dengan berbagai mekanisme dan prosedurnya) seorang karyawan untuk menempati pos tertentu, maka sesungguhnya sang manajer sedang menampilkan "gambar dirinya" pada sosok karyawan yang ia tunjuk itu.
Dari contoh-contoh tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan mendasar bahwa subyek dalam personal assessment dalam sekejap akan berubah menjadi obyek, karena penilaian pada orang lain itu sama dengan penjelasan tentang siapa sang penilai itu. Lebih lugas lagi, jika anda ingin tahu seperti apa profil seorang manajer cukup dengan melihat komposisi tim yang mengitarinya.
Dengan sudut pandang peralihan subyek-obyek dalam personal assessment ini, maka siapapun anda yang dipercaya untuk memimpin sebuah organisasi akan dinilai oleh publik berdasarkan pada orang-orang yang anda percaya untuk melaksanakan tugas yang anda berikan.

Sahabatku yang baik,
Demikianlah peralihan subyek dan obyek terjadi tanpa terasa sehingga siapa yang menilai ternyata sejurus kemudian ia menjadi orang yang dinilai. Kualitas penilaian publik terhadap seseorang akan tergantung pada kualitas penilaian seseorang pada orang lain.
Lalu, bagaimana penilaian orang lain terhadap kita?

Tabik,
WHS

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...