Karier Perspektif Fraksi Warkop
Pengembangan karier seseorang di dunia kerja tentu dengan mudah diidentikan dengan mutasi vertikal maupun diagonal yang lebih nge-trend dengan sebutan promosi; berpindah ke jabatan yang lebih tinggi. Sebagian lagi ada yang mengasumsikan bahwa pengembangan karier pun bisa berbentuk mutasi horizontal atau prosesinya dikenal rotasi; perpindahan antar jabatan dalam jenjang yang sama.
[Baca juga: Mutasi Tanpa Caci Maki]
Pada level akar rumput alias obrolan warung kopi, tidak semua promosi itu dianggap anugerah yang 100% diyakini penghargaan karena ada pola promosi yang dijadikan instrumen "membuang" dari tempat saat ini ke tempat lain yang dalam pendapat publik tidak lebih baik dari tempat semula. Jangan pura-pura ga paham, anda tahu lah ya pola seperti itu. Namun apapun anggapan pembuangan itu, setidaknya tetap kategori naik kelas alias promosi.
Masih pada seruputan kopi di warung santai, ada juga yang mendecak kagum pada seseorang yang terbawa proses rotasi padahal hanya sekedar berpindah dari jabatan satu ke jabatan lain yang masih dalam jenjang yang sama. Kenapa bisa dibanjiri ucapan selamat? karena tempat yang barunya, memang jenjangnya masih sama dengan yang lama, tapi lebih bergengsi, lebih populer, dan lebih "basah". Nah, mulai makin paham kan ya.
[Baca juga: Move On Jabatan]
Demikianlah, obrolan para tokoh fraksi warkop terkadang lebih membumi, simple, dan ngga berputar-putar. Langsung melakukan uji materil pada setiap konsep tanpa perlu memperdebatkan apakah pemahaman mereka tentang konsep tersebut sudah benar atau salah total.
Selesai dengan Dirinya
Baru kita kembali ke pernyataan "...yang layak untuk dipertimbangkan pengembangan kariernya itu yang sudah selesai dengan dirinya". Hampir semua frasa pada kalimat tersebut, kita paham. Tapi pada paruh kedua dari kalimat itu yang membutuhkan pisau analisis untuk merecahnya menjadi potongan kecil yang lebih nendang dan bikin ngangguk fraksi warkop.
Selesai dengan dirinya, ya sudah selesai. Tidak ada bagi dirinya segala hal yang menghambat pelaksanaan amanah yang melekat pada jabatan yang dipercayakan kepadanya.
[Artikel lainnya: Diberhentikan dari Jabatan]
Ia tidak terbebani jeratan "balas budi" yang bisa membuatnya memberikan dispensasi pada yang tidak layak menerimanya. Ia tidak tersandera oleh kesalahan hari kemarin yang masih hangat (bukan masa lampau di tahun antah berantah) yang belum ditebus dengan apapun. Ia tidak terkategori sebagai pribadi yang rakus, terus memburu rupiah meski sudah berkecukupan atau memang masih disibukan dengan kebutuhan dasar yang masih tambal sulam. Demikian kira-kira yang disebut selesai dengan dirinya.
[Artikel lainnya: Open Promotion pada Jabatan]
Dalam bahasa yang lebih luas, ketika seseorang sudah selesai dengan dirinya maka ia terlegitimasi untuk layak mengurusi yang diluar dirinya. Logika terbaliknya, bagaimana bisa mengurus yang selain dari dirinya kalau ia masih sibuk memikirkan dirinya sendiri. Sudah cukup jelas sampai disini?
Proporsionalisasi
Sebagaimana kata adjektif, proporsional disini dipahami "sesuai dengan porsi". Perjalanan sendiri atau berdua dalam jarak yang tidak terlau jauh, porsi kendaraannya cukup sepeda motor tetapi jika lebih dari dua atau dalam keadaan hujan dan jarak jauh ya itu porsi perjalanan mobil roda empat. Sesederhana itu memahami proporsional.
Prasyarat pengembangan karier yang dinyatakan "once upon time" itu, jelas membutuhkan adjektif proporsi didalamnya. Jika tidak diberikan sisipan adjektif ini, maka "selesai dengan dirinya" ini akan menjadi instrumen multi interpretasi untuk menghancurkan siapapun yang bukan "kelompok saya".Ringkasnya, "selesai dengan dirinya" itu harus diberikan penekanan "sesuai dengan porsinya".
[Artikel terkait: Kewenangan Jenjang Jabatan]
Kewenangan jabatan meningkat harus seiring dengan penurunan kebutuhan dirinya. Dalam bahasa lain, jangan mengharap kewenangan jabatan dinaikan jika kebutuhan dirinya masih sangat tinggi. Pun sebaliknya, ketika kebutuhan dirinya semakin rendah, seharusnya ia paling berpeluang untuk diberi amanah yang lebih luas.
Dengan illustrasi sederhana itu, kita langsung dengan mudah menyimpulkan bahwa proporsionalisasi pada tuntutan "selesai dengan dirinya" itu akan membuat skemanya menjadi lebih adil karena terukur secara tepat (precisely measured) tidak over generalised.
Ya, anda harus sudah selesai dengan diri anda ketika dipercaya dalam tugas organisasi yang lebih besar. Tetapi prosentase keber-selesai-an anda dengan diri anda itu berkorespondensi dengan seberapa besar beban kerja dan seberapa luas cakupan kerja yang ditimbulkan dari kepercayaan organisasi pada anda
Proporsionalisasi ini merupakan penjelasan paling mudah untuk memahami bahwa keadilan itu bukan sama rata, tetapi keseimbangan dan kesesuaian. Tidak ada yang keliru dengan prinsip "selesai dengan dirinya". Tapi jika tidak proporsional prinsip itu akan membuat pramu bakti naik kelas mewakili institusi dalam rapat lintas organisasi disaat manajernya sibuk meracik kopi.
Once upon time, proporsionalisasi pernah dilupakan. Selanjutnya, sebaiknya jangan.
WHS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar