Sabtu, 09 September 2017

Mutasi tanpa caci-maki

Adalah bapak kami (Allahu yarhamuhu) yang menukaskan bahwa kesuksesan satu generasi sesungguhnya adalah kesuksesan bagi generasi sebelumnya. Karena itu, jika kita mau sukses maka hargai dan hormati pada para pendahulu serta dukung dan berikan kesempatan pada para penerus.

Pesan itu serasa sangat relevan untuk mendudukkan pola sikap kita saat menyaksikan dan menjadi pelaku dalam peralihan tugas atau regenerasi dalam konteks apapun. Pesan yang merangkum kebijaksanaan luar biasa dengan ruh cara pandang positif pada masa lalu dan masa depan.

Sudah lumrah dan keharusan bahwa untuk masa depan sebuah organisasi mutlak dilakukan regenerasi atau lazimnya diistilahkan mutasi; pergantian individu yang mengelola sebuah tugas tertentu dalam organisasi. 

Regenerasi atau mutasi ini tidak selalu dipahami hanya sebatas mengganti orang  lama dengan orang baru. Tapi setiap proses yang berwujud pada bergantinya individu pengelola tugas tertentu, itulah regenerasi atau mutasi.

[baca juga: Diberhentikan-dari-jabatan]

Jika seorang karyawan pada level satu kemudian ditempatkan di level dua, umumnya disebut promosi. Namun pada konteks keorganisasian, promosi pun termasuk salah satu bentuk mutasi.

Salah satu hal yang acapkali mengganggu proses mutasi yang sesungguhnya adalah keniscayaan itu biasanya adalah pengelola tugas yang lama mencemooh yang baru karena dianggap tidak paham tugasnya. Demikian juga sebaliknya, pengelola yang baru menghabiskan masa adaptasinya dengan menyalah-nyalahkan yang lama.

Jika sudah demikian adanya kondisi pasca mutasi, berantakan sudah masa kini dari sebuah organisasi, apalagi masa depannya.

Bukannya bersegera untuk beradaptasi pada tugas saat ini, tapi pengelola tugas yang lama malah sibuk menceritakan masa kejayaannya di tugas yang lama plus dibumbui dengan kasak-kusuk mencari info kelemahan petugas yang baru.

[baca juga: Dengki]

Hal sama juga dilakukan oleh penerusnya. Alih-alih menuntaskan sisa pekerjaan di tempat barunya, ia malah menghabiskan waktu mengkritik dan mengoreksi pekerjaan yang ditinggalkan orang lama plus menambahinya dengan ujaran "cuci piring" seolah yang dihadapinya cuma piring kotor semua, tidak ada yang tuntas.

Ada beberapa hal yang membuat pola mutasi penuh caci maki ini menjadi sangat kontra produktif.

Pertama, tidak mungkin ada kesuksesan yang dibeli dengan menjelekan tahapan yang sudah disumbangkan pendahulu. Apapun yang kita hadapi saat ini dan pengetahuan plus pengalaman yang kita ampu sekarang adalah buah dari pendahulu kita. 

Kedua, tim yang akan menemani kita bekerja saat ini terdiri dari individu yang juga berkontribusi pada keadaan apapun yang kita hadapi saat ini. Jadi saat kita mencemooh pendahulu kita apakah kita lupa bahwa cemoohan kita itu juga mengena langsung ke orang-orang di sekitar kita saat ini. Bagaimana tim ini bisa membantu anda?

Ketiga, jika masih belum move on dan terus menerus menggunjing pejabat baru yang menggantikan anda di tempat lama, ingat di depan anda ada tim tak bisa terlalu lama menunggu anda seatle pada pekerjaan saat ini. Tim ini tak sanggup untuk selalu menjadi pendengar setia cerita masa lalu yang tak habisnya anda kisahkan.

Keempat, setiap tugas yang diberikan kepada kita membutuhkan sentuhan energi baru yang menyertai kita. Nah, perubahan itu pada dasarnya tidak mudah serta akan lebih sulit dan rumit jika ditambahi dengan kesibukan mencari kesalahan pendahulu. 

Kelima, ingatlah tak ada individu sempurna, termasuk kita. Jangan menutupi kekurangan dengan membuka kekurangan orang lain karena jika itu dilakukan maka sekitar kita akan berkesimpulan bahwa kita lebih jelek dari yang kita jelek-jelekan itu. Yakinkah anda bahwa yang sudah anda lakukan di tempat tugas lama anda itu sudah sempurna 100%? Tidak perlu melindungi diri anda dengan meyakini sesuatu yang anda tahu itu tidak benar. Karena menggali kesalahan orang lain tidak membuat kesalahan anda menjadi benar.

Mari... perlahan saja... kita hentikan pola mutasi yang penuh caci maki. Tidak perlu berkesimpulan bahwa kita dibuang, tidak usah juga kita mendo'akan buruk pada yang menggantikan kita. 

Bukan kami membabi buta mendukung atasan anda yang menandatangani keputusan mutasi itu, bukan. Tapi mari kita ber-positive thinking pada jalur yang sedang kita jalani ini seraya melihat semuanya dalam konteks luas; tantangan baru masa depan baru.

[baca juga: Memahami-dan-menyikapi-perubahan]
Semangat!
WHS

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...