Jumat, 22 Maret 2019

Menuju Masa Depan

Lipatan waktu hanya menyediakan tiga ruang saja untuk yang melaluinya; masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu adalah sejarah yang tak bisa diulang atau direvisi, it's already happened; masa kini adalah realita, dan masa depan adalah harapan dan cita-cita. Masihkah kita akan menghabiskan energi untuk berkutat di masa lalu? Tidak dan jangan!

Kamis, 14 Maret 2019

Agama Madzhab al-Googliyah

Trend keberagaamaan kaum millenial saat ini adalah berguru pada tokoh yang bermunculan di dunia maya. Berkonsultasi pada Mbah Google dengan berselancar dengan searching engine paling populer "Google". Terciptalah kemudian umat beragama bermadzhab al-googliyah: bersandar pada sumber yang terserak di laman world wide webSalahkah jika kita terdaftar di madzhab al-googliyah itu?

Kamis, 28 Februari 2019

De-ideologisasi versi Althusser

Sebagai 'penyambung lidah' kalangan gramscian, konsep Louis Althusser tentang ideologi dapat dikatakan melanjutkan apa yang telah dijelaskan oleh Gramsci dalam teori hegemoninya. Ideologi dalam konsep Althusser adalah dialektika yang dikarakteristikkan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Bagi Althusser konsep ideologi lebih merupakan praktek dibandingkan ide atau gagasan. 

Selasa, 26 Februari 2019

De-ideologisasi versi Gramsci

Paparan Foucault telah mengantarkan pada ciri utama analisis wacana kritis, yaitu konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Kini giliran Antonio Gramsci untuk memberikan penekanan tentang proses penyebaran atau peneguhan wacana serta peminggirannya. 

Minggu, 24 Februari 2019

Deideologisasi versi Foucault

Michel Foucault telah merumuskan konsep relasi kuasa-pengetahuan (power-knowledge) dalam kajian seriusnya tentang 'wacana'. Terlepas dari ketidaksukaannya untuk membahas ideologi, paparan Foucault tentang relasi kuasa telah mengurai jaring-jaring kuasa—termasuk ideologisasi—yang terselip dalam setiap produk wacana.

Selasa, 12 Februari 2019

Daya dari Sumber Daya Manusia

Karakter dasar kepemimpinan bukan hanya berada pada faktor to lead (memimpin), to influence (mempengaruhi), to have responsibility (memiliki tanggungjawab), tapi juga to empower (memberdayakan). Sekuat apa seorang pemimpin memberdayakan SDM internalnya, sebesar itu pula kualitas kepemimpinannya. Demikianlah cara termudah untuk memahami karakter pemberdayaan seorang pemimpin.

Selasa, 05 Februari 2019

De-Ideologisasi Teks

Meskipun hermeneutika telah memberikan berbagai metode interpretasi, tapi bagi Foucault, interpretasi—ia lebih suka menyebutnya "komentar"—hanya upaya mengungkap kebenaran yang diinterpretasikan ketika sebenarnya tidak ada kebenaran. Akibatnya, komentar (interpretasi) hanya memperbanyak proliferasi tafsiran.

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...