Selasa, 05 Februari 2019

De-Ideologisasi Teks

Meskipun hermeneutika telah memberikan berbagai metode interpretasi, tapi bagi Foucault, interpretasi—ia lebih suka menyebutnya "komentar"—hanya upaya mengungkap kebenaran yang diinterpretasikan ketika sebenarnya tidak ada kebenaran. Akibatnya, komentar (interpretasi) hanya memperbanyak proliferasi tafsiran.

Foucault berpendapat bahwa jalan untuk menjelaskan "keberhasilan" suatu wacana adalah dengan menghubungkannya pada relasi-relasi kuasa (power relations). Karena kuasa-pengetahuan (power-knowledge) berfungsi untuk mengungkap pemunculan dan peneguhan kebenaran yang diproduksi oleh tafsiran tertentu, seraya memberangus kebenaran lainnya. 

Kritik dari Foucault diletakkan pada pembahasan awal bagian ini, dengan asumsi bahwa konsep kuasa yang digagas oleh Foucault ini akan menjadi ruh dari analisis wacana-kritis sekaligus pembedanya dengan analisis wacana.

Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami sebagai studi bahasa saja, walau nanti akan menjadikan bahasa dalam sebuah teks sebagai obyek analisis. Analisis bahasa dilakukan untuk menggambarkan aspek kebahasaan serta menghubungkannya dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu digunakan untuk tujuan dan praktek tertentu. Karena itu, bahasa pun dipahami dalam situasi dan masyarakat tertentu.

Analisis wacana-kritis meletakkan bahasa dalam tuturan dan tulisan (wacana) sebagai praktek sosial. Pada prakteknya, penggunaan bahasa akan menampilkan efek ideologi. Karena melalui bahasa, kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing.

Jika diperhatikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis, sebagaimana dituturkan oleh Teun van Dijk, Fairclouh dan Wodak, dapat dipahami bahwa teks (bahasa 'yang tertulis') adalah cerminan dari kepentingan, cakrawala berpikir, setting sosial bahkan ideologi dari sang pengarang.

Artikel terkait:

Hal senada pun ditegaskan oleh Muhammad Abid al-Jâbiri dengan menyatakan bahwa bahasa adalah perwujudan imajinasi, apresiasi dan implementasi kerangka berpikir. Di sini analisis wacana kritis bertugas untuk menjalankan proyek de-ideologisasi dalam sebuah teks, sehingga teks tersebut akan menampilkan kerangka berpikir dari pengarangnya.

Ada tiga tokoh penting dalam analisis wacana kritis dalam kaitannya dengan de-ideologisasi, yaitu Michel Foucault, Antonio Gramsci dan Louis Althuser. Konsep dari ketiga tokoh ini akan dijadikan pijakan teoritis untuk mengurai proyek de-ideologisasi dalam analisis wacana kritis.

Serial tulisan "dibuang sayang"
Periode saya Tahun 2003-an

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...