Selasa, 26 Februari 2019

De-ideologisasi versi Gramsci

Paparan Foucault telah mengantarkan pada ciri utama analisis wacana kritis, yaitu konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Kini giliran Antonio Gramsci untuk memberikan penekanan tentang proses penyebaran atau peneguhan wacana serta peminggirannya. 

Gagasan Gramsci yang paling monumental adalah teori hegemoni. Konsep hegemoni gramscian dapat didefinisikan sebagai 

"Suatu tatanan dimana cara hidup dan pemikiran kelompok tertentu menjadi dominan, dimana satu konsep realitas disebarkan ke seluruh masyarakat dalam seluruh kelembagaan dan kehidupan pribadinya, yang mempengaruhi seluruh citarasa, moralitas, kebiasaan, prinsip agama dan politik, dan seluruh hubungan sosial, terutama dalam pengertian intelektual dan moral."

Dengan demikian, pemikir yang tergabung dalam tradisi "Marxist Barat" ini memahami bahwa meskipun hegemoni pada hakikatnya merupakan represi kekuasaan, tapi ia dioperasikan secara lunak dan lembut. Dengan mengandalkan intelektual dan moral leadership, hegemoni terhindar dari mode pemaksaan kekuatan (coercive power). Ia justru disebarkan dengan diskursus sistemik (bahasa), terarah dan sustainable untuk merebut penerimaan publik (public consent) akan sebuah gagasan atau rezim secara sukarela.

Dengan hegemoni, individu dikuasai pikiran dan cara berpikirnya melalui monopoli makna yang dicapai dengan perluasan struktur kognitif dan afektif. Sehingga individu itu menerima gagasan atau rezim karena adanya public consent yang muncul melalui pengakuan, bukan pemaksaan.

Akhirnya, individu menganggap dalam gagasan itu terdapat common sense. Inilah yang dikenal dengan politik wacana yang berperan penting dalam dasar-dasar hegemoni.

Dalam proses hegemoni, semua bentuk wacana yang tidak sesuai dengan wacana resmi menurut perspektif dominant class, akan selalu ditempatkan sebagai the others. Pembentukan citra otherness ini digunakan sebagai mekanisme untuk menciptakan potret diri yang eksklusif karena dibangun dengan melibatkan proses exclussion-inclussionProses ini dilakukan dengan cara mendevaluasikan, memarjinalkan, bahkan membungkam.

Artikel lainnya:

Adapun persaingan dan pemenangan makna (politik wacana) lewat intellectual and moral leadership itu dijalankan oleh dominant class guna 'mempersatukan' berbagai kelompok dalam historical block. Sehingga memunculkan dua arena diskursus (discoursive field) yang saling berkompetisi, yaitu kelompok di dalam bingkai resmi (within the dominant discourse) yang mengembangkan hegemoni di satu pihak, dan kelompok yang menawarkan pendekatan alternatif serta memproduksi realitas baru di luar bingkai resmi (without the dominant discourse) dengan mengembangkan "counter-hegemony" di lain pihak.

Kesimpulannya, Antonio Gramsci telah mengajarkan bahwa legitimasi kebenaran yang seakan-akan melekat pada wacana dominan itu adalah bagian dari praktek hegemoni yang operasionalisasinya melalui tahapan ekslusi-inklusi atas berbagai wacana yang lainnya. Akhirnya, proyek ideologisasi wacana itu akan samar dan sulit terbaca.

Serial tulisan "dibuang sayang"
Periode saya tahun 2003-an

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...