Michel Foucault telah merumuskan konsep relasi kuasa-pengetahuan (power-knowledge) dalam kajian seriusnya tentang 'wacana'. Terlepas dari ketidaksukaannya untuk membahas ideologi, paparan Foucault tentang relasi kuasa telah mengurai jaring-jaring kuasa—termasuk ideologisasi—yang terselip dalam setiap produk wacana.
Kuasa tidak berkaitan dengan kepemilikan, tapi kuasa itu dipraktekkan di dalam suatu ruang lingkup di mana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain. Sedangkan pengetahuan adalah pengungkapan samar-samar dari relasi kuasa, tapi ia berada di dalam relasi kuasa itu sendiri. Kuasa memproduksi pengetahuan bukan hanya karena pengetahuan berguna bagi kuasa, tetapi juga karena tidak ada pengetahuan tanpa kuasa, dan sebaliknya tidak ada kuasa tanpa pengetahuan.
Konsekuensinya, untuk mengetahui kekuasaan dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang melandasi kekuasaan. Karena setiap kekuasaan disusun, dimapankan dan diwujudkan melalui pengetahuan dan wacana tertentu.
Wacana tertentu itu menghasilkan kebenaran dan pengetahuan tertentu yang berefek kuasa. Kebenaran di sini, menurut Foucault, bukanlah konsep abstrak, tapi ia diproduksi oleh kekuasaan agar publik mengikutinya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kuasa bekerja melalui normalisasi dan regulasi serta dijalankan dengan positif dan produktif. Jadi kuasa akan mereproduksi realitas, ritus kebenaran serta makna untuk disalurkan melalui hubungan sosial yang dikontrol dan didisiplinkan lewat wacana dengan berbagai kategorisasi baik dan buruk sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan perilaku.
Dengan demikian, bagi Foucault, analisis wacana kritis bukan (hanya) untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, tapi bagaimana setiap kelompok memproduksi kebenaran atas suatu wacana. Dalam bahasa Macdonnel, analisis wacana kritis akan memperlihatkan bagaimana publik 'diajak' untuk berpikir dengan cara tertentu, bukan cara yang lain.
Oleh karenanya, proses produksi wacana terkait erat dengan struktur dan praktek diskursif yang menentukan batasan, obyek dan aturan tertentu dalam memaknai realitas. Saat itulah, Foucault menegaskan bahwa ketika terjadi kontestasi wacana, maka kekuasaan akan memilih wacana tertentu agar menjadi dominan, sedangkan wacana lainnya terpinggirkan (marginalized) atau terpendam (submerged).
Serial tulisan "dibuang sayang"Periode 2003-an