Jumat, 22 Maret 2019

Menuju Masa Depan

Lipatan waktu hanya menyediakan tiga ruang saja untuk yang melaluinya; masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu adalah sejarah yang tak bisa diulang atau direvisi, it's already happened; masa kini adalah realita, dan masa depan adalah harapan dan cita-cita. Masihkah kita akan menghabiskan energi untuk berkutat di masa lalu? Tidak dan jangan!

Sesuatu yang telah terjadi adalah catatan sejarah. Saat itu baik, tidak untuk jumawa tapi bagaimana lestari. Saat itu buruk, tidak layak dijadikan alasan pesimis atau mati langkah, tapi instrospeksi supaya masa kini tidak dilakukan dan tak akan pernah terjadi lagi di masa depan.

Kelamnya masa lalu tidak akan pernah bisa diubah karena memang sudah terjadi. Pelaku baik pada masa lalu akan dikenang baik dan pasti mendapatkan reward yang sepadan. Pelaku buruk pada masa lalu pun akan diingat karena pernah melakukan keburukan dan juga akan menerima imbalannya.

Baik atau buruk jika itu adalah masa lalu, kita tidak bisa kembali kesana. Sesuatu yang paling jauh, kata Imam al-Ghazali adalah masa lalu. Siapapun tak akan pernah bisa kembali kesana.

Jika sedemikian jauhnya masa lalu, apalagi argumen yang membuat kita kelimpungan di masa kini gegara berkutat dengan masa lalu. Bangunlah dari mimpi indahmu, jika itu adalah masa lalumu, hadapilah kenyataan masa kini untuk masa depan yang indah. Dan, usap air matamu, jangan bersedih terlalu lama atas kelamnya masa lalu, karena masa depan menunggu untuk diukir di masa kini.

Betapa nelangsanya gaya seorang pensiunan pejabat yang menghabiskan waktunya hanya dengan membangga-banggakan betapa jayanya ia saat dulu masih menjadi pejabat. Lawan bicaranya tak pernah mendengar cerita panjang sang pensiunan karena dalam hatinya terus bergumam, "itu kan dulu, sekarang bapak sudah pensiun". Sebaliknya, seorang mantan narapidana akan berdiam seribu bahasa saat lawan bicaranya dengan santai bertanya "apa yang sebenarnya terjadi saat kamu melakukan kesalahan itu?".

Sahabatku yang bijaksana, berpikirlah ribuan kali untuk mengorek-ngorek masa lalu. Kebaikan pada masa lalu saja tidak tepat untuk diumbar, takutnya menghancurkan investasi pahala karena ada bau busuk kesombongan dan keangkuhan disana. Apalagi masa lalu yang kelam. Buruknya masa lalu, tidak pernah ada tempat di masa kini dan masa depan untuk diungkit-ungkit.

Adakah manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan? tidak ada. Lalu, bagaimana kita bisa dengan enteng dan gagah membeberkan kekeliruan yang pernah dilakukan seseorang pada masa lalu, padahal kita pun manusia dan kita, tanpa kecuali, punya masa lalu. Kebijaksanaan kita akan menuntun pada satu pemahaman: berhentilah menghabiskan energi untuk berkutat di masa lalu, hadapi masa kini demi masa depan.

[Artikel terkait: Bagaimana Menyikapi Masa Lalu]
Mentari terbit di setiap pagi selalu membawa cerita baru dan meninggalkan yang lama tertinggal di hari kemarin.

Wassalam,
WHS

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...