Selasa, 22 Februari 2022

Komponen Kunci Teamwork

Penulisan yang benar dalam bahasa inggris itu teamwork (satu kata, tanpa spasi), bukan team work. Selain sudah dianggap sebagai satu kesatuan utuh sebuah kata, bisa jadi penulisan ini pun mempertegas bahwa bahwa teamwork mengasumsikan pola kerjanya (work) benar-benar melibatkan keseluruhan komponen organisasi (team), tanpa kecuali.

Tim itu "Saling"

Gifford Thomas, penulis buku populer "The Inspirational Leader, Inspire Your Team To Believe In The Impossible" menyatakan bahwa kita tidak disebut tim ketika hanya sekedar sekumpulan orang yang bekerja dalam waktu yang sama di tempat yang sama. 

Tim yang sesungguhnya adalah sekelompok orang yang berbeda latar belakang yang menikmati kerja bersam-sama dan berbagi komitmen untuk bekerja dengan saling membantu secara erat untuk mewujudkan organisasi mencapai tujuan bersama dan memenuhi kebutuhan yang dituntut pada organisasi tersebut. 

Vala Ashfar, seorang motivator ternama menyebutkan bahwa tim tidak dengan mudah terbangun hanya bermodalkan kita berada dalam tempat yang sama, tergabung dalam satu proyek yang sama, atau bahkan saat kita bekerjasama sekalipun. Terbentuknya sebuah tim adalah ketika kita saling respek, saling percaya, dan saling peduli antar sesama kita. 

Tim selalu membutuhkan "saling", tidak ada tim tanpa itu. Jika A menghormati pendapat B, tetapi B tidak menghormati A, maka tidak bisa disebut A dan B dalam satu tim karena hanya ada satu pihak yang memiliki variabel teamwork, yaitu "menghormati". A menghormati B dan B menghormati A, maka kondisi ini kita sebut "saling" menghormati. This is a team!

Struktur Organisasi dan Tim

Untuk menjamin keteraturan pola kerja organisasi, dibentuklah struktur tugas, fungsi, dan kewenangan yang tergambar dalam struktur organisasi. Pembentukan struktur organisasi bukan untuk membagi organisasi dalam kategori atasan-bawahan, tetapi mendistribusikan tugas, fungsi, dan kewenangan serta membuat batasan antar posisi dalam struktur itu.

Sejatinya, struktur organisasi itu dibangun dengan logika pembangunan teamwork. Bahwa struktur organisasi dibangun dengan hierarkis itu tidak berlawanan dengan prinsip teamwork, karena teamwork tidak mengasumsikan kesejajaran posisi setiap orang dalam tim, tapi wujud dari respek, percaya, hormat, dan peduli sesama anggota tim meskipun dalam posisi yang tidak sama.

Artikel lainnya:

Misalnya tim sepakbola. Sebelas orang pemain sepakbol dalam satu tim itu terbagi dalam posisi masing-masing. Paling belakang di bawah mistar gawang ada penjaga gawang (goal keeper), sedikit ke depan dan bertugas menjaga pertahanan tim ada pemain belakang (back) di sisi kanan, kiri dan tengah. Paling depan dan bertugas menciptakan skor ada penyerang (striker), dan penghubung antara pemain belakang dan depan ada gelandang sayap kiri, kanan, dan tengah yang bertugas memberikan umpan matang untuk dilesakkan oleh penyerang menjadi gol.

Semua bekerja pada posisi masing-masing, bertanggungjawab pada zonanya dan saling memberikan support pada posisi timnya. Lihat, posisi berbeda, tugas berbeda, zona tidak sama, tapi tetap satu tim. Soliditas tim hanya terbangun ketika tidak ada yang merasa paling penting, tapi semuanya penting pada porsi dan domainnya masing-masing. Demikian pula struktur organisasi. Berbeda hierarki, tetapi saling mendukung dan terkait sinergi. This is a team.

Komponen Kunci

Sampai disini, penulis mengajak untuk sama-sama mencari apa yang sesungguhnya menjadi komponen kunci dari sebuah teamwork. Sikap mental saling menghormati dan menghargai, sudah jelas kita urai di bagian pertama catatan ini. Lalu keberbedaan posisi dan tugas serta kewenangan dalam struktur organisasi yang sesungguhnya untuk menjamin keterbangunan sebuah tim, pun sudah kita bahas pada bagian keduanya. Lalu apa inti dari rancang bangun sebuah teamwork?

Digali dari berbagai sumber akademik serta diramu dari pengalaman personal, penulis berkesimpulan bahwa komponen kunci teamwork adalah termapankannya kesepakatan dan kesepahaman.

Pertama, kesepakatan dalam konteks teamwork bukan hanya sekedar adanya regulasi yang ditetapkan, tetapi memahami bahwa regulasi adalah 'tempat' semuanya bersepakat. Semua yang berada dalam wadah organisasi bersepakat tentang apa yang dapat dilakukan dan tidak (do and don't).  Kesepakatan sebagai pembangun teamwork bukan berbentuk regulasi yang menjadi hiasan dinding atau slogan retoris sehingga mengamini sebuah pameo bahwa ditetapkannya regulasi itu untuk dilanggar. 

Penulis ingin tegaskan bahwa kesepakatan lebih dari sekedar aturan (rules) yang mengikat (regulating), tapi kesadaran diri tentang sesuatu yang dipatuhi, dipertahankan, dan diperjuangkan bersama.

Kesepakatan seperti ini yang melahirkan benih teamwork, merawat kekokohan teamwork, dan mengembangkan teamwork menjadi energy to achieve the highest performance. 

Kedua, kesepahaman yang dimaksud dalam variabel teamwork adalah pemahaman atas batasan tugas, tanggungjawab dan kewenangan diri digabungkan dengan kemampuan untuk memahami tugas, tanggungjawab dan kewenangan yang dimiliki oleh orang lain. Pemahaman berbanding lurus dengan pengakuan dan kepercayaan. Tidak mungkin teamwork terbangun jika salah satu dari kita tidak mengakui dan meragukan pelaksanaan tugas, tanggungjawab dan kewenangan yang lain. 

Akui dan percayakan tugas, tanggungjawab dan kewenangan yang diberikan kepada orang lain sebagaimana anda ingin diakui dan dipercaya untuk dapat melaksanakan tugas, tanggungjawab dan kewenangan yang diberikan kepada anda.
Terakhir, kesepakatan dan kesepahaman yang diurai diatas itu harus dimapankan. Pemapanan bisa sekedar pembiasaan sehingga seiring dengan keseriusan dan intensitas bergulir menjadi budaya. Misalkan, jika dibiasakan setiap tiba di tempat kerja itu bersalam-salaman atau sekedar say hello, lambat laun kebiasaan itu membudaya. Jika ada yang masuk pintu ruang kerja dan tidak melakukan itu, seisi ruangan keheranan dan ada beberapa coba mengingatkannya. Demikian pola pemapanan dengan pembiasaan. 

Namun pada pola yang lebih formal dan cenderung memaksa adalah dengan dilembagakan dalam bentuk ketentuan yang dilengkapi konsekuensi reward and punishment. Cara ini efektif, tapi butuh effort lebih besar dan menyisakan PR besar di belakang hari, yaitu mengalihkan kepatuhan pada aturan menjadi keterpanggilan pada penghormatan atas kesepakatan.

Demikianlah teamwork terbangun. Bukan karena paksaan atau aturan, tapi seharusnya karena kesadaran akan kemahakuasaan-NYA yang menciptakan kita semua sempurna pada sisi tertentu dan teramat kurang pada sisi lainnya sehingga membutuhkan seseorang di samping kita untuk mendampingi karena yang sesungguhnya dibutuhkan bukanlah superman, tetapi superteam.

Teamwork akan melahirkan sekumpulan superman, tetapi superman belum tentu dapat membangun teamwork.  

Tabik,
WHS

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...