Minggu, 02 Mei 2021

...sedangkan Kepegawaian itu Faktual Realistis

Manajemen kepegawaian adalah topik yang bisa dibidik dari berbagai sudut pandang. Dalam catatan ringkas ini, kami coba menarik jauh ke dasarnya, yaitu logic frame yang mempengaruhi pola manajemen kepegawaian secara umum. Pada catatan sebelumnya tentang relasi organisasi dan kepegawaian, kami uraikan tentang bagaimana urusan penataan SDM diposisikan berhadap-hadapan dengan penataan organisasi, padahal menurut kami tidak begitu. Bagian pertama, kami urai posisi manajemen organisasi, maka di bagian lanjutan ini kami perjelas tentang standing position manajemen kepegawaian dalam relasinya dengan manajemen organisasi. 

Dalam catatan sebelumnya yang berjudul "Organisasi (itu) Konseptual-Idealissaya berpendapat bahwa logika dasar manajemen organisasi itu konseptual-idealis. Rancang bangun organisasi diletakan pada konsepsi akademik dan regulatif yang diarahkan guna mencapai cita-cita (idealisme) organisasi itu sendiri. 

Logika organisasi tersebut jelas berbeda dengan manajemen kepegawaian yang menjadikan pola faktual-realistis sebagai core logic-nya. Kepegawaian tidak berangkat dari konsepsi besar keunggulan SDM, tapi bermula dari fakta SDM yang tersedia. Pun demikian saat dilakukan penataan SDM, pola yang dibangun harus lebih realistis dibandingkan dengan idealis. Alinea inilah yang akan diurai lebih lanjut di alinea selanjutnya. 

Sebelum kami eksplorasi pikiran-pikiran tentang manajemen kepegawaian yang faktual-realistis ini, perlu dipertegas terlebih dahulu bahwa anda yang membaca catatan ini sedang berada di blog bernama "Pikiran WHS". This is my personal opinion and perspectives based on my personal understanding and experiences. 

Catatan ini bukan atas nama institusi manapun dan ditulis bebas dengan bekal terbatas yang kami pernah kaji, tidak mencaplok mentah-mentah pemikiran siapapun. Sekarang, kita kembali ke pembahasan manajemen kepegawaian yang "menurut saya" faktual-realistis.

Faktualitas Manajemen SDM

Berdasarkan fakta dimaksud, bukan berarti manajemen SDM nir-konsep. Kita tahu, berbagai konsep telah dihadirkan di dunia manajemen SDM dan konsep tersebut memang digali dari berbagai uji coba yang telah dilakukan di berbagai setting manajemen. Namun untuk dunia manajemen SDM, konsep merupakan acuan peta jalannya agar tahapan menuju konsepsi tersebut terlalui tanpa ada yang terlewatkan. 

Meski sudah sedemikian runutnya sebuah konsep peta jalan, tetapi dalam manajemen SDM kondisi shifting selalu menjadi ciri khas betapa dinamisnya dunia manajemen SDM. Walhasil, konsep harus 'memaklumi' fakta hari ini dari peta SDM sehingga ia (konsep) selalu membutuhkan another options agar tidak mengubah cetak biru yang disepakati.

Faktualitas manajemen SDM menjadi bab satu dalam buku saku rencana pengembangan kompetensi SDM yang merupakan keniscayaan bagi sustainibilitas peningkatan kapasitas SDM karena tanpa unsur sustainibilitas manajemen SDM menjadi absurd.

Kita harus punya harapan bahwa setiap individu akan berupaya memantaskan dirinya sesuai beban tugasnya, akan tetapi hal tersebut tidak cukup menjadi alasan untuk menafikan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang bersangkutan sebagai fakta hari ini.  

Manajemen SDM Harus Realistis

Adapun maksud dari manajemen harus realistis itu sesungguhnya bermula dari logika sederhana bahwa penataan SDM tidak bisa dilakukan parsial dan individual (hanya khusus untuk satu orang) sehingga mengesampingkan konteks SDM secara keseluruhan. Manajemen SDM harus berdasarkan potret besar SDM dalam sebuah lingkup relasionalnya sehingga ter-display dalam bentuk gambar utuh.

Logika tersebut dibagun dari pemahaman bahwa manajemen SDM lekat dengan prinsip kolaborasi untuk membangun sebuah superteam, bukan memaksa untuk melahirkan superman. Tidak ada SDM yang berdiri sendiri tanpa ada relasinya dengan SDM lainnya. 

Berangkat dari logika dasar tersebut, maka makna "realistis" dalam manajemen SDM adalah terjemahan lain dari pemahaman bahwa tidak ada manusia sempurna. Setiap orang selalu memiliki kekurangan untuk ditambal oleh kelebihan yang dimiliki oleh orang lain.

kekurangan dan kelebihan setiap orang inilah yang membuat manajemen SDM harus realistis; tidak memaksa seorang individu menjadi manusia setengah dewa yang multi talent, multi competencies, and high performancesManajemen SDM yang realistis memahami bahwa SDM selalu memiliki plus-minus sehingga platform yang dipilih adalah kolaborasi dalam teamwork.

Dengan manajemen SDM yang faktual dan realistis maka dunia kerja akan terbangun dalam mileu organizational learning dimana manajemen SDM nya mengkondisikan kolaborasi antar kompetensi SDM menuju penguatan teamwork.

Tabik, WHS

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...