Tanah bukanlah sebatas sesuatu yang diciptakan-Nya, tanah menjadi kata yang tak lagi sebatas benda. Tanah tak terkunci dalam makna tertentu, pemahaman arti tanah sudah meluas ke berbagai dimensi. Ada apa dengan tanah yang kita injak setiap hari ini?
Manusia diciptakan dari tanah. Dalam tradisi tertentu, ada perayaan turun tanah bagi bayi seusia tiga tahunan. Saat mulai besar, kita diajarkan untuk cinta tanah air dengan manifestasi yang sedemikian luas. Saat mulai memasuki ide kemapanan, kita diperkenalkan dengan tantangan memiliki sebidang tanah. Hingga sampai saatnya tiba, bagi, kita akan dikuburkan didalam tanah.
Baca artikel lainnya:
Berjibaku dalam berbagai aktivitas yang menguras energi, seorang pejuang akan berteriak, "Akan kulawan mereka sampai berkalang tanah". Teriakan itu digemuruhkan oleh tekadnya untuk siap mati (berkalang tanah) demi sesuatu yang diperjuangkannya.
Berbagai sikap dan laku dijalani sampai kemudian kita menua. Jika kita dinilai baik oleh sekitar, do'apun mengalir semoga umur panjang. Tapi jika usia yang semakin tua tidak membuat kita menjadi lebih baik, maka jangan kaget kalau dimaki tetangga sebagai orang yang sudah bau tanah. Artinya, orang yang berusia lanjut tetapi belum memperlihatkan tanda-tanda pertaubatan lebih diharapkan cepat mati (bau tanah).
Demikianlah kita dengar atau kadang kita gunakan satu kata untuk menyebutkan kita berasal, berproses, dan berpulang. Kata itu adalah tanah.
Berbagai siklus penggunaan tanah dan juga varian pemaknaannya sudah mengajarkan kita tentang betapa sempurnanya pelajaran yang kita dapatkan dari tanah; sesuatu yang kita injak setiap hari.
Dari tanah kita diciptakan-Nya, di dalam tanah jasad kita dikubur saat ruh kembali kepada-Nya. Berkelahi sampai berkalang tanah, saat kemarahan memuncak mewujud nekad. Pun sebaliknya, kerendahan hati seseorang yang mulia akhlaknya sampai serendah tanah.
Tanah menjadi tumpuan harapan, tanah pun menjadi akhir perjalanan.
Apakah masih bisa kita berkelit dari berbagai pelajaran terbuka di depan mata tentang bagaimana kita hidup?