Kamis, 05 Maret 2020

Mendamaikan Konsep Jabatan dan Pejabat

Jabatan dan pejabat sudah jelas bedanya, tapi entah kenapa masih ada pola yang keliru memperlakukannya. Jabatan pasti ideal karena pada dasarnya ia adalah sebuah konsep normatif yang basisnya adalah idealitas organisasi. Tapi pejabat adalah personal yang diberikan kepercayaan untuk bertugas dalam sebuah jabatan tertentu. Bagaimana mendamaikan dua skema ini agar lebih proporsional?


JABATAN
Jabatan dapat dipahami sebagai sebutan atas sebuah posisi dalam struktur organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan kewenangannya berikut dengan hak dan fasilitasnya, terutama standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menjamin ketercapaian tugas jabatannya.
Pembentukan sebuah jabatan, dimulai dengan inventarisasi uraian tugas dan beban kerja. Semakin kompleks uraian tugasnya dan semakin berat beban kerjanya, maka semakin kuat argumen untuk dibentuknya sebuah jabatan. Artinya, bukan jabatan dibentuk terlebih dahulu baru dicari-cari pekerjaannya apa, tapi justru sebaliknya; gegara pekerjaanlah jabatan diperlukan.
[Artikel terkait: Jabatan dan Pekerjaan; Mana Lebih Dulu?] 
Uraian Jabatan atau dokumen yang menjelaskan secara utuh tentang sebuah jabatan yang dihasilkan dari sebuah proses yang dikenal Analisis Jabatan, disusun dengan logika dasar normatif regulasi. Uraian Jabatan berada pada tataran idealitas, bukan realitas; konseptual, bukan faktual.
Dengan demikian, jabatan akan sangat mungkin melangit. Standar Kompetensi Jabatan atau listing jenis dan level kompetensi yang dibutuhkan oleh sebuah jabatan acapkali dituding terlalu idealis atau unachieveable! Padahal, ya memang demikian. Jabatan harus disusun uraiannya secara ideal sesuai tuntutan regulasi atau mandatory-based.
Lalu apakah karena idealitas konsep jabatan itu merupakan alasan untuk melakukan penempatan individu dalam jabatan atau pejabat itu seenaknya? Tentu tidak, bahkan sebaliknya sebagaimana akan kita pahami dalam subtopik berikutnya.

PEJABAT
Individu atau SDM yang diberikan kepercayaan guna menduduki jabatan tertentu yang bertanggungjawab atas pelaksanaan uraian tugas tertentu dengan kalkulasi beban kerja yang jelas serta kewenangan dan haknya plus standar kompetensinya, disebut dengan pejabat.
Titik pemahaman yang paling jelas dan membedakan konsep pejabat dan jabatan adalah pada kata pertamanya. Pejabat adalah individu dengan berbagai variabelnya. Individu itu memiliki berbagai instrumen didalamnya, seperti: jenis kelamin, etnisitas, agama/kepercayaan, gaya berpikir, latar belakang, dan lain sebagainya. 
[Artikel lainnya: Terkuaknya Hasil Asesmen Kompetensi]
Pejabat, adalah sebuah konsep yang paling vulnerable karena pada dasarnya pejabat itu adalah individu yang memang sudah diciptakan-Nya beragam dan unik. Tidak ada satupun dari kita yang sama persis, meskipun dengan saudara kembar sendiri.
Pejabat bukanlah satu konsep yang ajeg, kaku, dan baku. Pejabat adalah konsep yang dinamis, realistis, dan memiliki rentang fleksibilitas tinggi. 
Pembicaraan apapun tentang pejabat akan sangat temporer dan berada pada ranah faktual, bukan konseptual. Hampir bisa dipahami bahwa logic frame tentang pejabat potentially merupakan kebalikan dari jabatan.
Tapi tenang dulu, kita pertemukan dan coba "damaikan" dua skema tersebut, antara jabatan dan pejabat.  

MENDAMAIKAN DUA SKEMA
Jabatan adalah sebuah posisi dalam struktur organisasi, sedangkan pejabat adalah orang yang berada pada posisi tersebut. Jabatan disusun, sedangkan pejabat ditempatkan. Jabatan konseptual, tetapi pejabat justru faktual. Terakhir, jabatan itu konsep idealis, berbeda dengan pejabat yang merupakan fakta realistis. 
[Artikel terkait: Memahami Puzzle Kompetensi]
Sedemikian berbedanya konsep jabatan dan pejabat, sehingga dua skema itu menjadi seolah tidak mungkin dipertemukan. Tidak sepenuhnya salah, tapi juga kurang tepat. Penulis meyakini bahwa logika regulasi yang mendasari jabatan hanya dapat didekati oleh konsep pejabat dalam aras puzzle kompetensi.
Lebih tegasnya, kompleksitas keunikan setiap individu, memustahilkan adanya individu yang 100% fit dengan sebuah jabatan tertentu. Selalu ada plus-minus dari setiap individu saat ia dipercaya menduduki sebuah jabatan. 
Konsep puzzle kompetensi yang kami tawarkan pada catatan sebelumnya merupakan konsep yang --menurut kami-- paling memungkinkan untuk mendamaikan skema jabatan yang idealis dan pejabat yang realistis. 

Tabik, 
WHS

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...