Sikap atau cara memperlakukan sesuatu atau seseorang adalah pembeda paling lazim dan lumrah antar sesama kita. Maksudnya, hal yang paling biasa menjadi pembeda setiap individu adalah caranya memperlakukan sesuatu atau seseorang yang sama tapi dengan pola berbeda. Tentu, tidak berarti dan tidak bisa kita merasa paling benar karena pilihan cara memperlakukan sesuatu atau seseorang itu adalah world view masing-masing dari kita sebagai individu yang berprinsip.
Penulis akan menyajikan bahasan ini dengan sistematika runutan terbalik dari kalimat utama dalam pengantar diatas. Pertama, tentang cara yang berbeda; kedua, sesuatu atau seseorang; dan terakhir, memperlakukan.
Penulis akan menyajikan bahasan ini dengan sistematika runutan terbalik dari kalimat utama dalam pengantar diatas. Pertama, tentang cara yang berbeda; kedua, sesuatu atau seseorang; dan terakhir, memperlakukan.
1. Cara Berbeda
Perbedaan adalah keniscayaan. Penciptaan alam raya ini dengan segala isinya adalah bentuk nyata dari keberbedaan dan contoh jelas bahwa perbedaan itu adalah keniscayaan yang tak bisa dipungkiri. Menolak perbedaan sama halnya dengan menolak keniscayaan. Kemana pun mata memandang, selalu ada perbedaan disana. Cukup sampai disini, fakta historis tentang perbedaan yang tak dapat dipungkiri.
Namun pada catatan ini kita beranjak pada kondisi perbedaan dalam konteks cara pandang dan pola sikap. Atau, bagaimana kita memahami keberbedaan masing-masing dari kita dalam hal melihat, menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang.
Namun pada catatan ini kita beranjak pada kondisi perbedaan dalam konteks cara pandang dan pola sikap. Atau, bagaimana kita memahami keberbedaan masing-masing dari kita dalam hal melihat, menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang.
Sesuatu yang kita nilai penting atau berharga, bisa jadi dinilai biasa saja bahkan rendah dan buruk bagi orang lain. Saat itulah perbedaan dalam cara menilai menjadi tantangan tersendiri.Perbedaan kita tidak hanya pada konteks bahwa dasarnya kita berbeda, tetapi perbedaan dalam menilai sesuatu atau seseorang. Tantangan perbedaan dalam konteks seperti ini adalah bahwa cara pandang atau penilaian kita tentang sesuatu atau seseorang tidak kita paksakan agar yang lain pun harus berpandangan sama.
2. Sesuatu atau Seseorang
Setelah cukup memahami apa itu perbedaan dan bagaimana konteksnya dalam cara menilai atau pola sikap, berikutnya mari kita kaji bagaimana perbedaan itu akan terjadi saat kita menilai sesuatu dan seseorang.
Mengapa kajian tentang sesuatu dan seseorang ini dianggap perlu? karena dalam psikologis manusia sesuatu yang relatif benda tak bernyawa dapat berada pada posisi yang setara bahkan lebih penting dibandingkan dengan seseorang dikarenakan aspek-aspek khusus yang mengitari sesuatu itu.
Penilaian atas sesuatu atau seseorang sangat mungkin berbeda. Misalkan, bagi penulis, sosok Kanjeng Sulthan Demak, Kyai Raden Abdul Fattah adalah silsilah sanad awrad yang terhubungkan melalui para sesepuh. Penulis kesulitan untuk mengkaji posisi beliau dalam pelbagai kajian sejarah dengan berbagai versinya. Penulis terhenti memposisikan beliau hanya dalam titik itu saja.
Mengapa kajian tentang sesuatu dan seseorang ini dianggap perlu? karena dalam psikologis manusia sesuatu yang relatif benda tak bernyawa dapat berada pada posisi yang setara bahkan lebih penting dibandingkan dengan seseorang dikarenakan aspek-aspek khusus yang mengitari sesuatu itu.
[Artikel lainnya: Sabar itu Seperti Air]Contoh untuk seseorang, mudah ditemukan. Misalkan posisi seorang santri dihadapan kyainya atau bawahan kepada atasannya. Sedangkan untuk sesuatu, kita bisa ambil contoh saat kita memperlakukan benda tertentu peninggalan orang tua kita yang kita istimewakan karena menilai adanya latar historis dibalik benda tersebut.
Penilaian atas sesuatu atau seseorang sangat mungkin berbeda. Misalkan, bagi penulis, sosok Kanjeng Sulthan Demak, Kyai Raden Abdul Fattah adalah silsilah sanad awrad yang terhubungkan melalui para sesepuh. Penulis kesulitan untuk mengkaji posisi beliau dalam pelbagai kajian sejarah dengan berbagai versinya. Penulis terhenti memposisikan beliau hanya dalam titik itu saja.
[Artikel lainnya: Mata Kepala Mata Hati]Cara pandang ini, tidak akan penulis paksakan kepada yang lain karena penulis yakin yang lain punya rujukan sendiri untuk memposisikan Kanjeng Sulthan Demak sesuai dengan pemahaman dan kajiannya.
3. Memperlakukan
Masing-masing dari kita berbeda, iya, tuntas sudah. Tapi perlahan kita harus naikkan kemampuan kita untuk tetap saling menghormati dan menghargai bahwa kita pun bisa berbeda dalam memperlakukan sesuatu atau seseorang.
Termasuk seseorang. Bagi para pejabat, seorang pegawai itu hanyalah SDM yang menduduki sebuah jabatan tertentu berikut uraian tugasnya. Namun jangan lupa, sang pegawai itu adalah anak yang dido'akan orang tuanya, suami yang dicintai istrinya, dan ayah yang diminta keberkahan oleh anak-anaknya saat mereka mencium tangannya.
Sahabat,
Alangkah indahnya jika cara kita memperlakukan sesuatu atau seseorang pun harus menimbang bagaimana cara orang lain memperlukan sesuatu atau seseorang tersebut. Begitupun sebaliknya, kita harus bersabar ketika ada orang lain yang menilai sesuatu atau seseorang dalam bentuk atau tingkat penilaian yang jauh berbeda dengan bagaimana kita menilai sesuatu atau seseorang itu.
Tabik,
WHS
[Artikel lainnya: Menilai Dinilai]Sehelai sorban peninggalan ayah kita akan kita istimewakan karena ada kebanggaan dan penghormatan besar kita kepada sang ayah. Namun bagi orang lain, sorban itu hanya sehelai kain biasa yang harganya terukur di toko busana muslim.
Termasuk seseorang. Bagi para pejabat, seorang pegawai itu hanyalah SDM yang menduduki sebuah jabatan tertentu berikut uraian tugasnya. Namun jangan lupa, sang pegawai itu adalah anak yang dido'akan orang tuanya, suami yang dicintai istrinya, dan ayah yang diminta keberkahan oleh anak-anaknya saat mereka mencium tangannya.
Sahabat,
Alangkah indahnya jika cara kita memperlakukan sesuatu atau seseorang pun harus menimbang bagaimana cara orang lain memperlukan sesuatu atau seseorang tersebut. Begitupun sebaliknya, kita harus bersabar ketika ada orang lain yang menilai sesuatu atau seseorang dalam bentuk atau tingkat penilaian yang jauh berbeda dengan bagaimana kita menilai sesuatu atau seseorang itu.
Tabik,
WHS