Liku Hidup
Tapak jalan hidup ini tidak selalu lurus dan landai. Kita akan pernah menemui jalan berliku tajam, menanjak tinggi sampai sesak dan menurun tajam sampai kaki tak tertahan. Bahkan, jangan kaget, sebagian dari kita pun pernah terjebak di jalan buntu. Itulah kehidupan.
Semua dari kita tidak akan pernah hanya menemui jalan hidup yang lurus dan landai, tanpa onak cobaan dan duri hambatan. Demikianlah kehidupan diciptakan, untuk menjadi arena ujian bagi yang hidup.
Semua dari kita akan mengalami hal sama, yaitu cobaan hidup, meskipun dengan bentuk yang berbeda. Yang membedakannya hanyalah bagaimana cara masing-masing dari kita menyikapi cobaan hidup itu.
Dalam menapaki jalan kehidupan itu, kita akan pernah dihadapkan pada kesalahan, bersalah, atau disalahkan. Demikianlah dijelaskan bahwa setiap anak cucu adam potensial melakukan kesalahan (كل بني ادم خطاؤن). Namun hal itu tidak kemudian membuat kita, sebagai anak cucu adam, menjadi patah arang dan putus harapan karena langkah terbaik bagi para pelaku kesalahan adalah bertaubat (وخير خطائين التوابون).
Terlanjur
Saat kita menyebut "terlanjur", impresi yang tersirat dalam benak kita adalah perbuatan atau keadaan itu sudah dilakukan atau sudah terjadi tapi ada terbersit rasa bahwa adanya kekeliruan disitu. Kalimat sambung dari kata terlanjur itu yang berbahaya. Karena kalau kita menyebut terlanjur melakukan sesuatu (yang notabene keliru itu), sikap berikutnya adalah tetap melakukannya. Nah, silahkan renungkan dengan sederhana.
Pribadi macam apa kita jika sudah menyadari bahwa kita keliru lalu tetap melakukannya atas nama "terlanjur". Seperti mobil yang tetiba remnya blong, alih-alih mengendalikan mobilnya, ini malah dengan sengaja menabrak-nabrakan mobilnya itu ke khalayak ramai.
Sahabatku, kehidupan penuh dengan cobaan karena demikianlah sejatinya kehidupan. Masalah pasti akan datang dan jangan merasa hanya anda sendiri yang mengalami masalah, semua pasti mengalaminya meski dengan bentuk yang berbeda.
[baca juga: Menduga dalam Bekerja]
Jangan tergoda untuk mencemburui masalah yang dihadapi oleh orang lain gegara anda menduganya lebih mudah dibandingkan dengan masalah anda. Sikap menduga-duga itu adalah bibit sempurna untuk menumbuhsuburkan sikap hasad, iri, dan dengki. Senang melihat orang lain susah atau susah melihat orang lain senang.
[baca juga: Apa itu dengki?]
Sahabatku, jika kita pernah berbuat salah, itu bukanlah alasan untuk tetap melakukan kesalahan itu. Pintu ampunan-NYA selalu terbuka lebar menunggu kita memasukinya. Andaikan manusia sedunia ini tidak percaya dengan perubahan positif yang kita lakukan dan tetap memvonis kita masih dan selalu bersalah, biarkan saja.
Orang yang membenci kita tidak pernah percaya pada kebaikan apapun yang kita lakukan sebagaimana orang yang mencintai kita tidak membutuhkan penjelasan tentang hal itu.
Kita pernah basah dengan salah, tapi jangan pernah menambahinya dengan "terlanjur". Karena kita masih punya matahari cinta dan kasih-NYA yang akan mengeringkan basahnya dosa kita.
[baca juga: Stop tumben!]