
Pada catatan ini, kami mulai dengan (dan hanya akan membahas) tema silsilah keturunan. Selain lebih mudah dicerna, silsilah keturunan tidak rumit dipahami. Silsilah keturunan cukup memahami identitas seseorang dalam urutan keluarga (family trees). Siapa nama ayah-ibunya, nama saudara kandungnya, nama istri/suaminya, nama anaknya, nama cucunya, dan demikian seterusnya.
Silsilah keturunan hanya berkisar tentang jalur keluarga antar orang. Dalam memahami silsilah keturunan, kita harus mendapatkan berbagai data utama diantaranya: nama, waktu lahir dan wafat, domisili dan sekelumit riwayat hidupnya. Penelitian tentang silsilah keturunan acapkali direpotkan dengan minimnya data tertulis. Oleh karena itu, data berupa tuturan lisan seringkali mendominasi. Dengan demikian double check mutlak dilakukan.
Tak jarang kita akan menemukan nama yang berbeda-beda untuk orang yang sama. Nama lahir dengan gelar atau sebutan masyarakat acapkali bercampur-aduk. Terlebih lagi gelar karena status sosial tertentu (raja, misalkan) akan menambah kompleksitas dalam menelusuri silsilah keturunan.
Diatas semua itu, silsilah keturunan akan memunculkan rasa tentang "saya ini siapa". Rasa yang cenderung jumawa itu biasanya hanya berbekalkan pada silsilah keturunan tadi. Misalkan karena ada tokoh besar dalam silsilah keturunannya, sehingga ia merasa "terbawa besar".
Sampai titik ini, kami coba ajukan satu pertanyaan sederhana terkait silsilah keturunan ini. Andaikan ada tokoh besar dalam silsilah keturunan kita, apakah serta-merta kita merasa besar karena menjadi bagian dari silsilah itu?
Coba direnungkan terlebih dahulu. Ketokohan seseorang dalam silsilah kita itu dikarenakan sesuatu, katakanlah faktor X. Dikarenakan faktor X itulah beliau menjadi tokoh pada zamannya.
Misalkan, ada sesepuh anda yang menjadi tokoh pada zamannya karena terkenal sangat dermawan. Faktor X yang kami maksud itu adalah kedermawanan itu. Sehingga, jika saat ini anda mengklaim sebagai keturunan tokoh itu, maka yang dipertanyakan atau ditunggu oleh publik adalah apakah anda memiliki sifat dermawan sebagaimana tokoh dalam silsilah keturunan anda itu.
Dengan cara pandang seperti ini, maka kita sebagai bagian dari silsilah keturunan tertentu dituntut untuk mencari faktor X apa yang membuat keluarga besar ini dikenal publik. Berikutnya, pertanyakanlah pada diri sendiri; apakah anda sudah berada pada track yang benar menuju faktor tersebut?
Sebelum keliru memahami, perspektif diaats tidak kemudian mengurung seseorang agar identik dengan ketokohan dalam silsilah keturunannya, tidak. Tidak karena ada tokoh birokrat dalam silsilah keluarganya lalu keturunannya harus menjadi birokrat. Tidak juga. Bisa saja implementasi lanjutannya, keturunannya menjadi pakar ahli dalam manajemen birokrasi dan sebagainya.
Point dari perspektif ini adalah, jangan jumawa dengan ketokohan dalam silsilah keturunan anda dimana anda tidak memiliki hal yang membuat tokoh tersebut ditokohkan pada zamannya.
Pertanyaan penutup sekaligus sambungan menuju refleksi berikutya adalah; apakah silsilah kelurga dapat menjadi indikator utama berjalannya sanad keilmuan?
Introspeksilah lebih dalam dan tanpa henti agar sesepuh kita dapat membanggakan kita sebagai keturunannya sekaligus pelanjut laku baik yang pernah ditorehkan para pendahulunya.