Antonio
Gramsci sebagai tokoh sentral dalam kajian ini, disebut oleh Femia, sebagai pemikir
politik terpenting setelah Karl Marx. Nama Antonio Gramsci bukanlah seorang
teoritisi, akademisi, konseptor atau pemikir yang menuliskan gagasannya di puncak menara
gading. Tapi Gramsci menempatkan dirinya sebagai aktivis, praktisi, dan pejuang yang berada bersama kaum yang diperjuangkannya.
Penahanan dan hukuman penjara yang pernah
dialaminya, menjadi bukti bahwa ia telah mengabdikan diri dan hidupnya untuk
menjadi ujung tombak dalam perjuangan politik di era tahun 1930-an. Salah satu
alasannya adalah karena gagasan yang dipaparkan oleh Gramsci tentang konsep
hegemoni begitu brilian.
Hegemoni, dapat dikatakan sebagai landasan paradigma alternatif terhadap teori-teori marxist tradisional mengenai paradigma base-superstructure sebagaimana telah dipaparkan di awal.
Untuk memahami konsep hegemoni dari Antonio Gramsci perlu
diambil dulu ancangan bahwa negara-negara kapitalis industri membutuhkan kelas
buruh yang terlatih dan termotivasi. Untuk itu dibutuhkan tipe dominasi baru
yang disebut hegemoni.
[Catatan lainnya: Negara ala Antonio Francesco Gramsci]Dengan hegemoni, secara tidak langsung berarti paksaan (coersion) bukan lagi alat kontrol sosial yang memadai. Karena hegemoni memungkinkan untuk membentuk kelas buruh itu memihak dan tunduk kepada sistem yang ada.
Williams memberikan pengertian hegemoni gramscian yang
ditukil oleh Dr. Mansour Fakih (Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial:
Pergolakan Ideologi LSM Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, hal.
56) sebagai berikut;
“…suatu tatanan dimana cara hidup dan pemikiran kelompok tertentu menjadi dominan, dimana suatu konsep realitas disebarkan ke seluruh masyarakat dalam seluruh kelembagaan dan kehidupan pribadinya, yang mempengaruhi citarasa, moralitas, kebiasaan, prinsip agama dan politik, serta seluruh hubungan sosial, terutama dalam pengertian intelektual dan moral.”
Dengan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan
sementara bahwa titik berat dari konsep hegemoni itu terdapat pada
superfisialitas persetujuan di dalam sistem kapitalis dimana persetujuan itu
mencakup bentuk komitmen yang aktif maupun pasif. Adapun persetujuan itu
sendiri adalah ungkapan intelektual dan arah moral melalui mana perasaan massa
secara tetap terikat dengan ideologi dan kepemimpinan politik negara sebagai
ungkapan keyakinan dan aspirasinya.
[Artikel lainnya: De-ideologisasi Versi Gramsci]
Melalui kesimpulan sederhana itu, dapat
dipahami bahwa hegemoni itu sesungguhnya telah memasukkan kelompok baru pada
kategori kelas buruh dan menekankan transformasi kesadaran sebagai bagian dari
proses revolusioner.
Konsep hegemoni ini pun berimbas pada gagasan Antonio Gramsci tentang
beberapa konsep lain dalam pemikiran politiknya yang tertuang dalam karyanya, Selections
from The Prison Notebooks yang pertamakali diterbitkan dalam bahasa Inggris
tahun 1971.
Adapun beberapa gagasan
penting yang dilontarkan Gramsci itu diantaranya adalah; Pertama, konsep
Negara Integral yang dipahami Gramsci sebagai perwujudan dari negara
yang potensi koersinya diperkuat dengan hegemoni. Kedua, konsep
Intelektual Organik yang dimaknai oleh Gramsci sebagai wujud dari figur
intelektual yang menjalankan operasi hegemoni.
Adapun tipe intelektual yang lainnya disebut dengan intelektual tradisional. Ketiga, konsep Perang Posisi yang dalam pemaparan Gramsci disebut sebagai tahapan penting untuk menebarkan hegemoni sampai terwujudnya masyarakat sosialis, masyarakat tanpa kelas (classless society).
Adapun tipe intelektual yang lainnya disebut dengan intelektual tradisional. Ketiga, konsep Perang Posisi yang dalam pemaparan Gramsci disebut sebagai tahapan penting untuk menebarkan hegemoni sampai terwujudnya masyarakat sosialis, masyarakat tanpa kelas (classless society).
Setelah menyimak secara sekilas latar historis dan beberapa gagasan
yang disampaikan Antonio Gramsci, maka segi ketokohan sudah tak diragukan lagi.
Melalui konsep hegemoni yang paling mendominasi berbagai gagasan-gagasan
politiknya, Antonio Gramsci telah menyadarkan para peminat kajian dan aktivis
politik bahwa gerakan politik yang dibangun semestinya memperhatikan pula aspek
hegemoni yang dioperasikan oleh negara, karena aspek itulah yang
membuat masyarakat, secara ‘sukarela’ menyetujui, mengikuti dan tunduk atas
sistem-sistem yang ditetapkan negara.
[Menu bacaan lainnya: Organisasi Ideologi atau Komunal]
Dengan demikian, konsep hegemoni dari Antonio
Gramsci ini sangat relefan untuk dikaji lebih lanjut sebagai sebuah kontribusi
penting pada kajian politik kontemporer, bahkan juga sebagai alat bantu dalam
kerangka pemetaan gerakan dan penyusunan strategi alternatif bagi para aktivis
politik.
Serial Tulisan "Dibuang Sayang"
Periode saya tahun 2000an