Rabu, 10 Juli 2019

Hegemoni ala Gramsci

Antonio Gramsci sebagai tokoh sentral dalam kajian ini, disebut oleh Femia, sebagai pemikir politik terpenting setelah Karl Marx. Nama Antonio Gramsci bukanlah seorang teoritisi, akademisi, konseptor atau pemikir yang menuliskan gagasannya di puncak menara gading. Tapi Gramsci menempatkan dirinya sebagai aktivis, praktisi, dan pejuang yang berada bersama kaum yang diperjuangkannya.

Penahanan dan hukuman penjara yang pernah dialaminya, menjadi bukti bahwa ia telah mengabdikan diri dan hidupnya untuk menjadi ujung tombak dalam perjuangan politik di era tahun 1930-an. Salah satu alasannya adalah karena gagasan yang dipaparkan oleh Gramsci tentang konsep hegemoni begitu brilian. 
Hegemoni, dapat dikatakan sebagai landasan paradigma alternatif terhadap teori-teori marxist tradisional mengenai paradigma base-superstructure sebagaimana telah dipaparkan di awal.

Untuk memahami konsep hegemoni dari Antonio Gramsci perlu diambil dulu ancangan bahwa negara-negara kapitalis industri membutuhkan kelas buruh yang terlatih dan termotivasi. Untuk itu dibutuhkan tipe dominasi baru yang disebut hegemoni. 
[Catatan lainnya: Negara ala Antonio Francesco Gramsci]
Dengan hegemoni, secara tidak langsung berarti paksaan (coersion) bukan lagi alat kontrol sosial yang memadai. Karena hegemoni memungkinkan untuk membentuk kelas buruh itu memihak dan tunduk kepada sistem yang ada.
Williams memberikan pengertian hegemoni gramscian yang ditukil oleh Dr. Mansour Fakih (Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi LSM Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, hal. 56) sebagai berikut;
“…suatu tatanan dimana cara hidup dan pemikiran kelompok tertentu menjadi dominan, dimana suatu konsep realitas disebarkan ke seluruh masyarakat dalam seluruh kelembagaan dan kehidupan pribadinya, yang mempengaruhi citarasa, moralitas, kebiasaan, prinsip agama dan politik, serta seluruh hubungan sosial, terutama dalam pengertian intelektual dan moral.”
Dengan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa titik berat dari konsep hegemoni itu terdapat pada superfisialitas persetujuan di dalam sistem kapitalis dimana persetujuan itu mencakup bentuk komitmen yang aktif maupun pasif. Adapun persetujuan itu sendiri adalah ungkapan intelektual dan arah moral melalui mana perasaan massa secara tetap terikat dengan ideologi dan kepemimpinan politik negara sebagai ungkapan keyakinan dan aspirasinya.
[Artikel lainnya: De-ideologisasi Versi Gramsci
Melalui kesimpulan sederhana itu, dapat dipahami bahwa hegemoni itu sesungguhnya telah memasukkan kelompok baru pada kategori kelas buruh dan menekankan transformasi kesadaran sebagai bagian dari proses revolusioner.
Konsep hegemoni ini pun berimbas pada gagasan Antonio Gramsci tentang beberapa konsep lain dalam pemikiran politiknya yang tertuang dalam karyanya, Selections from The Prison Notebooks yang pertamakali diterbitkan dalam bahasa Inggris tahun 1971. 
Adapun beberapa gagasan penting yang dilontarkan Gramsci itu diantaranya adalah; Pertama, konsep Negara Integral yang dipahami Gramsci sebagai perwujudan dari negara yang potensi koersinya diperkuat dengan hegemoni. Kedua, konsep Intelektual Organik yang dimaknai oleh Gramsci sebagai wujud dari figur intelektual yang menjalankan operasi hegemoni. 
Adapun tipe intelektual yang lainnya disebut dengan intelektual tradisional. Ketiga, konsep Perang Posisi yang dalam pemaparan Gramsci disebut sebagai tahapan penting untuk menebarkan hegemoni sampai terwujudnya masyarakat sosialis, masyarakat tanpa kelas (classless society).
Setelah menyimak secara sekilas latar historis dan beberapa gagasan yang disampaikan Antonio Gramsci, maka segi ketokohan sudah tak diragukan lagi. Melalui konsep hegemoni yang paling mendominasi berbagai gagasan-gagasan politiknya, Antonio Gramsci telah menyadarkan para peminat kajian dan aktivis politik bahwa gerakan politik yang dibangun semestinya memperhatikan pula aspek hegemoni yang dioperasikan oleh negara, karena aspek itulah yang membuat masyarakat, secara ‘sukarela’ menyetujui, mengikuti dan tunduk atas sistem-sistem yang ditetapkan negara.
[Menu bacaan lainnya: Organisasi Ideologi atau Komunal]
Dengan demikian, konsep hegemoni dari Antonio Gramsci ini sangat relefan untuk dikaji lebih lanjut sebagai sebuah kontribusi penting pada kajian politik kontemporer, bahkan juga sebagai alat bantu dalam kerangka pemetaan gerakan dan penyusunan strategi alternatif bagi para aktivis politik.

Serial Tulisan "Dibuang Sayang"
Periode saya tahun 2000an

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...