Kamis, 06 Desember 2018

Kritik Diri

Kritik bukan memaki atau menghancurkan. Dengan landscape positif, kritik adalah starter menuju kemajuan. Tanpa kritik, sesuatu akan terhenti dan tak pernah membuka diri pada sesuatu yang baru. Kritik itu perlu. Namun kritik akan menjadi fair, jika isinya itu secara konsisten digenggamnya. Kritik lahir dari prinsip yang dipegang erat, bukan pragmatis.

Organisasi bahkan pribadi membutuhkan kritik. Tanpa kritik, organisasi tak akan pernah maju atau berinovasi. Kritik lah yang membuat organisasi dapat terus menyesuaikan diri dengan dinamika kondisi di sekitarnya bahkan memproduksi sesuatu yang kemudian memuaskan stakeholders-nya.

Pribadi yang anti kritik akan tertinggal jauh di belakang saat semua sudah melaju kencang. Kritik akan menyadarkan setiap pribadi tentang adanya sesuatu yang baru atau berbeda sehingga mempertimbangkan untuk mengubah diri.

Prinsipnya, kritik merupakan kunci yang membuka ujung setiap sesuatu. Hal yang diperjuangkan oleh sebuah kritik adalah membuka diri pada tawaran baru. Baik itu pada konten sesuatu atau pendekatan atas sebuah problem.

Kritik menyadarkan kita untuk tidak puas dengan kemajuan yang sudah dicapai sehingga [karena kritik pula] kita terus berpikir untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas diri.

Pragmatis dan juga oportunis adalah mentalitas yang harus dijauhi saat merumuskan sebuah kritik. Maksudnya, tidak akan kita temui fairness saat kritik diluncurkan dari pola berpikir yang pragmatis dan oportunis. 

Pragmatis hanya akan menjadikan kritik itu temporer. Sesaat setelah yang dikritiknya beringsut, maka tiba-tiba sang pengkritik mendulang keuntungan dari hasil kritiknya itu. Oportunis akan menempatkan pengkritik berada persis dalam posisi yang [sebelumnya] ia kritik.

Dua mentalitas ini harus dijauhi. Kritik bukan dilakukan dengan cara pikir "karena saya tidak kebagian". Jika dengan pola itu, maka saat ia "kebagian", kritik pun lenyap. Kritik pun jangan karena "saya belum mendapat kesempatan". Jika kritik itu hanya masalah kesempatan, maka saat ia berada pada posisi orang yang ia kritik itu, ia akan melakukan perilaku yang sama persis yang notabene perilaku itu ia kritik sebelumnya.

Jangan anda kritik sebuah perilaku seseorang pada sebuah posisi yang kelak justru perilaku yang sama malah akan anda lakukan saat anda berada pada posisi orang yang anda kritik itu. 

Kembalilah ke titik awal. Kritik untuk kemajuan, bukan untuk berpesta keuntungan atau berebut kesempatan. Karena itu, mulailah dengan kritik diri sendiri.

Tabik,
WHS

Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...