Pendampingan langsung dari pembina yang dijalankan saat deskripsi darinya memasuki tahap implementasi oleh yang dibinanya merupakan garis tegas yang membuat pembinaan benar-benar layak disebut membina.
Rumus Dasar Pola Sosial
Dalam catatan sebelumnya, "Pembina Butuh yang Dibina", disampaikan bahwa pembinaan berangkat dari asumsi dasar pola hubungan sosial yang sederhana, yaitu bahwa setiap kita membutuhkan yang lain. Rumus dasar pola sosial seperti inilah yang sesungguhnya mutlak terinternalisir terlebih dahulu sebelum jauh bicara tentang bagaimana pembinaan dilakukan.
Tidak mungkin terjadi pembinaan yang sesungguhnya pembinaan tatkala sang pembina sibuk dengan singgasana kehormatannya seraya menegasikan keberadaan yang dibinanya seolah-olah keberadaan yang dibinanya itu sama dengan tiada (wujuduhu ka 'adamihi).
Standar memanusiakan manusia harus terpenuhi dulu sebelum menjejakan kaki sebagai seorang pembina. Dengan alas pikir seperti ini, baru kita bisa meletakan posisi pembina dan yang dibina berada pada posisi yang tepat.
Pembina: Relasi Top Down
Di lingkup kantoran plat merah, Pegawai Negeri Sipil menggunakan nomenklatur "pembina" sebagai salah satu kepangkatan yang berada pada "kasta" tertinggi, golongan IV. Terlepas dari jabatannya, PNS yang sudah berpangkat pembina berarti ia dinilai sudah selesai dengan dirinya sehingga dipercaya atau setidaknya potensial untuk diberikan kepercayaan pada jenjang jabatan yang lebih tinggi.
Pada sisi yang lebih tegas, melalui tema relasi atasan-bawahan di dunia kerja kita dapat dengan mudah menemukan lalu lintas penggunaan kata "pembinaan" yang berkorespondensi dengan kata "atasan" dan "bawahan". Ya, atasan bertugas, berhak, dan bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan kepada bawahan. Demikianlah pembinaan yang konvensional telah menjadi mantra paling mujarab saat atasan melakukan dan mengucapkan "apapun" pada bawahannya sebagai penegasan relasi top down di dunia kerja.
Berangkat dari relasi top down yang disiratkan oleh praktek pembinaan, maka aktor yang paling menentukan dalam proses ini adalah pembinanya, bukan yang dibinanya karena pembina adalah starter dari proses pembinaan tersebut.
Lalu bagaimana merancang pola pembinaan dalam konteks relasi top down dalam organisasi dapat berjalan baik? Sederhana saja resepnya; lakukan proses pembinaan benar-benar untuk dan dengan cara yang membina, jangan membinasakan!
Pembinaan adalah Pendampingan
Bentuk pembinaan yang memang diarahkan untuk membina misalnya tampak pada saat mengarahkan binaannya untuk mengerjakan sesuatu dengan menjelaskan apa yang harus dikerjakan itu serinci mungkin dengan memperhatikan background yang dibinanya itu. Tidak cukup sampai disitu, pembinaan yang benar selalu melanjutkan tahapan deskripsi dengan pendampingan langsung saat deskripsi itu diimplementasikan.
"Mas, tolong bantu saya buatkan nota dinas dari Kepala Biro Deskripsi ditujukan ke Kepala Biro Implementasi. Cara membuatnya ada di Buku Pedoman Nomor 1 Tahun 2011. Contohnya, tadi saya sudah kirimkan ke e-mail kamu. Kalau ada yang tidak paham, coba tanya ke rekan kerjamu yang lain atau langsung ke saya. Ok. Saya percaya kamu bisa", demikian seterusnya tahap deskripsi dilakukan dengan sedikit motivasi. Pembina menjelaskan serinci mungkin tentang apa yang harus dilakukan oleh binaannya. Konsepnya, dasar rujukannya, bentuknya, contohnya, dan cara mengerjakannya.
Simultan dengan tahap deskripsi, pembina melakukan pendampingan kepada yang dibinanya saat ia memasuki tahap implementasi. Bisa langsung duduk disampingnya memperhatikan yang dibinanya sehingga kapanpun yang dibinanya bertanya bisa langsung dijawab dan seterusnya. Bisa juga pendampingan itu berbentuk pemilahan pengerjaan tugas dalam beberapa tahapan, tidak sekali jadi.
Ingatlah kita saat belajar mengayuh sepeda waktu kita kecil dulu. Apakah ada yang oleh orang tuanya dibelikan sepeda lalu disuruh belajar sendiri? Sepertinya tidak mungkin. Atau adakah diantara kita yang belajar sepeda itu dipegang sepedanya hanya sebelum sepeda bergerak, lalu saat ban sepeda mulai berputar dilepaskan begitu saja? Atau jangan-jangan ada yang belajar sepedanya sambil bermuram durja dan berisak tangis karena sang ayah memberikan sepeda itu sambil bergumam, "Bapak rasa kamu akan sulit belajar sepeda...".
Tidak sahabatku, tidak ada yang belajar sepeda seperti itu semua. Kita belajar sepeda dengan riang gembira dan dituntun dari mulai menaiki sadel sampai kita bisa mengayuh sendiri. Sesederhana ini pembinaan yang maknanya pendampingan.
Menghabiskan malam di Hoo Tong Koey and Tan Seng Nio's Home
WHS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar