Kamis, 10 Januari 2019

Trend Selfie Ziarah

Tema ziarah kubur seolah tak pernah hilang dalam popular culture masyarakat kita, khususnya Islam. Bahkan saat ini marak trend berpose alias selfie saat seseorang melakukan ziarah kubur. Bagaimana memahami posisi trend selfie ini dengan makna iarah kubur itu sendiri?

Ya, percaya atau tidak tapi searching engine di dunia maya akan banyak menampilkan berbagai polah masyarakat kita yang doyan selfie saat ziarah kubur. Entah minta tolong ke penjaga kuburan, atau mungkin sengaja bawa teman yang khusus memotret yang bersangkutan sedang duduk (pura-pura) khusyu' di depan kubur. 

Khilafiyah Ziarah

Kita kembali dulu ke soal ziarah kubur sebelum mengobrol santai tentang trend selfie. Ziarah adalah sebentuk ritual peribadahan yang pernah, masih, dan sangat potensial terus menerus menjadi polemik di masyarakat muslim. 

Saya mau mengajak anda sejenak melepaskan diri dari pusaran polemik itu. Polemik seputar ziarah kubur itu bermula dari karakter ziarah kubur itu sendiri yang memang bukan sebentuk "ibadah" biasa. 

Bagi yang meyakini dan menolak ziarah, titik pangkalnya adalah tentang cara bersikap orang yang masih hidup kepada orang yang sudah wafat. Itu saja pokok perdebatannya. Pihak yang menolak maupun yang meyakini ziarah kubur, sama-sama beriman bahwa ada kehidupan sesudah kematian. Jadi titik temunya selalu ada dalam sebuah khilafiyah. Pada titik temu itulah kita berjumpa, sedangkan pada titik perbedaan kita saling menghargai.

Sahabat, tulisan ini tentu tidak diarahkan pada yang menolak ziarah kubur, karena tentu perilaku berswafoto (selfie) saat ziarah ini dilakukan oleh orang yang mengaku ahli ziarah atau meyakini ziarah kubur itu sebagai ibadah.

Tiga Dasar Islam

Ziarah kubur bukan ibadah biasa, karena ia tidak cukup dijelaskan oleh salah satu dari 3 dasar Islam, tetapi harus paripurna; ketiga-tiganya dari dasar Islam itu hadir. Dasar Islam yang kami maksud adalah Islam, Iman, dan Ihsan.

Dalam hadits yang populer tentang 3 dasar Islam ini disebutkan bahwa Islam diuraikan dengan 5 rukun Islam, yaitu: Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Kemudian berikutnya, Iman dijelaskan dengan mengurai 6 rukun Iman, yaitu: Iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan iman kepada ketetapan-Nya (Qadha dan Qadr). Terakhir, Ihsan disampaikan hanya dengan 1 rukun saja, yakni Ikhlas.

Ziarah kubur harus bertolak dan didasari dari keyakinan utuh akan rukun Islam, Iman, dan Ihsan. Bahkan bisa kami pertegas lagi bahwa Ikhlas sebagai satu-satunya rukun dalam Ihsan menjadi pangkal dari ibadah ziarah kubur. Tanpa ikhlas, ziarah kubur itu menjadi absurd.

Ikhlas dan Selfie

Ikhlas dimaknai oleh umumnya pemahaman sebagai sikap diri yang jernih sampai mampu merasakan kehadiran Allah SWT dan jika tingkatan itu belum sampai maka ia wajib meyakini bahwa Allah SWT selalu hadir mengawasinya. Semua sikap dan aktivitas terfokus hanya kepada-Nya, demikian ikhlas.

Dengan ikhlas, seseorang akan mampu melepaskan diri selain dari Allah SWT. Aktivitas apapun tidak terdorong oleh dukungan selain-Nya dan terhambat oleh penolakan selain dari-Nya. Sepenuh jiwa raganya terpusat hanya pada-Nya, itulah ikhlas.

Bayangkan apa yang muncul dalam benak orang-orang yang selfie atau berswafoto itu dan memamerkan foto diri itu di media sosial. Apakah terasa ada ikhlas disitu? Nampaknya jaraknya terlalu jauh, bak langit dan bumi. Ibadah yang ikhlas sudah tidak lagi memperhitungkan apapun selain mengejar keridhaan-Nya, sedangkan pamer foto selfie adalah sebentuk karakter ingin diakui, dikenal, atau setidaknya diperhatikan oleh manusia, bukan Allah SWT.

Lalu, dimana lagi kita bisa temukan esensi ibadah dari ziarah kubur yang dibumbui selfie itu? Tak perlu kita cari karena dengan mudah rasio kita menyimpulkan ketidakhadiran ikhlas dalam ibadah itu.

Sahabatku yang baik, ziarah kubur yang mengasumsikan komunikasi lintas kosmik menjadi hancur berantakan hanya karena pop culture sebentuk selfie yang mewabah di era media sosial dewasa ini. Sungguh, merugi orang yang masih beranggapan gelar keshalihan itu diraih dari makhluk bukan al-khaliq. Betapa mirisnya kita melihat orang yang masih memperjuangkan opini positif dari manusia seraya tak peduli saat 'wajah' Allah yang berpaling darinya gegara absennya ikhlas dalam aktivitas yang ia anggap ibadah itu.

Tabik,
WHS

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...