"Dalam kehidupan ini selalu saja ada masalah yang menerpa. Kalau ingin tidak ada masalah, jangan hidup." Kira-kira seperti itulah kalimat umum yang sudah jutaan kali kita baca dan dengar ketika seseorang mendengar lalu menasehati orang yang tengah dirundung masalah. Ada pula yang dengan tegas menyatakan "Masalah tidak untuk dihindari, tapi dihadapi!". Ternyata, nasihat menyelesaikan masalah itu ternyata justru tidak menyelesaikan masalah. Sekedar saran saja, barangkali lupa bahwa "You are not alone". Artinya, anda (orang yang bermasalah) tidak sendirian, karena banyak atau bahkan semua orang pun bermasalah.
Pengusaha kondang nan nyentrik, Bob Sadino yang populer dengan celana dinas pendeknya itu, pernah menegaskan bahwa masalah diciptakan bukan untuk dihindari, tapi dihadapi. Benar adanya dan sederhana. Menghindari masalah sama saja dengan berpindah pada hal lainnya yang juga sebetulnya masalah. Kemana pun kita pergi, masalah tidak akan pernah meninggalkan kita, selalu ada masalah baru di tempat dan suasana baru.
"Masalah itu dihadirkan dalam proses kehidupan kita untuk membuat kita menaik dan semakin baik". Demikian pemilik Alibaba, Jack Ma, menegaskan. Ia lebih memilih ritme diksi yang optimis dengan menjadikan masalah sebagai tangga yang membuat kita naik kelas dan lebih baik. Dengan demikian, kita bersemangat ketika dihadapkan pada masalah karena dibalik masalah itu ada kesuksesan yang menunggu.
Cukup dua saja kami sajikan illustrasi pandangan tentang bagaimana orang melihat masalah, agar kita tidak perlu berlama-lama berkutat di masalah, nanti jadi masalah baru pula lagi.
Pandangan Om Bob dan Uncle Jack diatas sesungguhnya sudah dituturkan dengan tegas, indah, dan rinci di dalam firman NYA dalam al-Qur'an. Namun ada satu firman NYA yang sedikit memberikan nuansa baru dalam melihat masalah, yaitu potongan kalimat dalam ayat terakhir, ayat ke-286 dalam QS Albaqarah:
Tentu memahami al-Qur'an tidak cukup hanya sekedar melihat terjemah (makna literal) dari redaksinya saja, dibutuhkan tafsir yang melibatkan multidisiplin keilmuan. Namun kali ini akan meramu berbagai tafsir atas ayat tersebut dengan sederhana saja.
Ayat itu dapat dipahami bahwa tidak akan ada masalah yang tidak ada solusinya. Allah yang menakdirkan masalah menimpa kita maka Allah pula sesungguhnya yang berkuasa menyuguhkan solusinya. Pertanyaan besarnya adalah apakah kita sudah merunut masalah yang kita hadapi sesuai dengan SOP yang diajarkan NYA?, apakah kita sudah benar-benar mengakui kekuasaan NYA dalam setiap permasalahan kita?, dan setelah usaha keras kita lakukan, apakah kita sudah berserah diri sepenuhnya kepada NYA untuk membimbing kita dalam penyelesaian masalah itu?
Aslinya, saya gemes untuk meneruskan kajian ringkas potongan ayat ke-286 ini dengan menuntaskan sampai ke akhir, tapi ya sudah, catatan ini tidak menargetkan kesana. Saya akan percepat dengan beralih pada posisi kita memahami "solusi" dalam masalah itu tidak harus rigid kita pahami dengan selesainya masalah itu. Kita pun tetap punya satu solusi dalam setiap masalah apapun, yaitu dengan ikhlas menerima bahwa kita tidak dapat menyelesaikan masalah itu. Ikhlas menerima pun adalah bagian dari solusi sehingga kita beralih pada etape kehidupan kita berikutnya tanpa terjerat dan terpuruk pada sebuah masalah.
Finally, saya ingin sampaikan sekali lagi bahwa masalah ternyata memang harus dihadapi, tetapi berhentilah menuntut diri untuk selalu berhasil menyelesaikan masalah itu. Akui dan terima dengan ikhlas jika sebuah masalah ternyata memang tidak dapat kita selesaikan. Setidaknya pada saat itu dan dalam keadaan itu. Kita tetap berharap suatu saat dalam keadaan berbeda kita hampiri lagi masalah itu dan kita selesaikan.
Inilah akhir masalah yang saya hadapi untuk menjelaskan tentang masalah dan harus saya anggap selesai karena jika tidak, maka sampai kapan tulisan ini berakhir. Sudah ah!
WHS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar