Minggu, 15 Januari 2023

Strategi Manajemen Kompetensi Teknis

Pada catatan sebelumnya telah diurai tentang pengertian sederhana mengenai kompetensi teknis. Tulisan lainnya pun pernah mengurai tentang arah kompetensi teknis yang jika "salah dikelola" dapat menghambat karir SDM dan menghentikan roda organisasi. Pada catatan ini, penulis hendak merunut strategi teknis dan praktikal dalam hal manajemen kompetensi teknis agar pengertiannya tidak disederhanakan dan pengelolaannya tidak dikondisikan salah.

Tidak Menentukan, Tapi Penting

Tidak setiap perusahaan IT membutuhkan pimpinan yang ahli IT, sebagaimana tidak selalu tepat menempatkan pakar kurikulum pendidikan pada pusat pengembangan kurikulum pendidikan, karena manajemen IT dengan ahli IT itu berbeda sebagaimana manajemen kurikulum dan pakar kurikulum pun tidak sama. Namun, pemahaman tentang substansi pekerjaan (pada contoh diatas adalah bidang IT dan kurikulum) akan penting untuk membuat pola manajemen yang tepat. 

Penguasaan pada IT dan kurikulum, dapat dipelajari dan dalam waktu yang masih bisa terukur. Tetapi kepemilikan pada sikap berani, inovatif, integritas, melayani, dan pola sikap lainnya, bukanlah sesuatu yang mudah diciptakan dan jika dilatih pun membutuhkan unlimited duration yang mentidakmungkinkan organisasi untuk menunggunya.

Keahlian pada bidang IT dan kepakaran pada bidang kurikulum dapat ditambal dengan merekrut tim ahli pada bidang-bidang tersebut, tetapi keterbukaan menerima pendapat, ketegasan bersikap, keberanian mengambil keputusan, dan sikap kepemimpinan lainnya tidak bisa didelegasikan. 

Pola sikap manajerial itu semua dikenal dengan kompetensi manajerial, sedangkan pengetahuan dan keahlian pada substansi pekerjaan disebut dengan kompetensi teknis. 

Dari berbagai illustrasi ini jelas diuraikan bahwa kompetensi teknis tidak menentukan keberhasilan kinerja organisasi, tetapi tidak cukup untuk dikesampingkan dari pertimbangan pemilihan seseorang dalam memimpin sebuah unit kerja tertentu.

Banyak, Tapi Harus Dimulai

Kompetensi teknis bukan sesuatu yang diukur dengan perangkat psikologi sebagaimana kompetensi manajerial dan sosial-kultural. Kompetensi teknis diukur dengan perangkat yang relefan dengan kompetensi teknis tersebut. Meskipun disebut dengan multitools, tetapi kesemua alat ukur kompetensi manajerial dan sosial-kultural terkompilasi dalam piranti psikologi. Sikap berani (Keberanian), bukan kompetensi teknis. Sikap itu diukur dengan perangkat psikologi dan berlaku untuk berbagai jenis kebutuhan. 

Berbeda dengan kompetensi teknis, misalkan kemampuan/keterampilan menggambar dan menulis yang alat ukurnya berbeda begitu pula cara pengukurannya. Dengan demikian, semakin banyak varian jenis kompetensi teknis, maka sebanyak itu pula alat ukurnya.

Varian jenis kompetensi teknis akan bersumber dari uraian tugas jabatan. Maka setiap jabatan yang uraian tugasnya sama, cukup satu pola kompetensi teknis hanya dibedakan proficiency levelnya saja. Tetapi ketika uraian tugasnya berbeda, maka jenis kompetensi teknisnya pun berbeda. 

Dengan demikian, volume jenis jabatan akan dengan jelas menggambarkan volume kompetensi teknis yang dibutuhkan untuk setiap jabatan tersebut. Terbayang sudah betapa banyaknya volume kompetensi teknis yang harus disusunkan standarnya plus alat ukurnya.

Gus Ses bicara dengan nada serak khasnya, "Pekerjaan paling mudah itu yang tidak dikerjakan...".

Let's back to the job!

WHS


Tidak ada komentar:

Gaya Melampaui Fakta

Perlu dinyatakan terlebih dahulu bahwa catatan ini bukan tentang dogma agama tentang takdir yang sepenuhnya hak Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini a...